Arabiyah linnasyiin - Pernahkah Anda mengalami situasi di mana setelah memposting sesuatu di media sosial, tiba-tiba ada seseorang yang mengomentari dengan kasar bahkan mencaci? Padahal, kita tidak mengenal orang tersebut dan tidak memiliki kepentingan apa pun dengannya.
Sebagai seorang Muslim, tentu kita wajib menasihati dengan cara yang baik meskipun awalnya orang tersebut bersikap kasar. Kita ingatkan tentang adab Islam dalam berbicara dan bermuamalah. Namun, jika ia tetap keras kepala, terus berkomentar kasar, dan tidak bisa dinasihati, maka keputusan terbaik adalah memblokirnya.
Islam mengajarkan prinsip dakwah yang mulia, yaitu kita hanya menyampaikan, diterima alhamdulillah, ditolak pun kita tetap bersaudara dan tidak perlu bermusuhan. Jika ada perbedaan pendapat, tidak perlu sampai saling mencaci atau menghina. Jika seseorang ingin menasihati, lebih baik dilakukan secara empat mata, bukan mempermalukan di hadapan publik.
Allah Ta’ala berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
"Jadilah engkau pemaaf dan perintahkanlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang jahil." (QS. Al-A’raf: 199)
Ayat ini memberikan pedoman agar kita bersikap lapang dada, menyeru kepada kebaikan, dan tidak perlu meladeni orang-orang jahil yang hanya ingin berdebat tanpa ilmu.
Jika kita melayani komentar kasar mereka, tidak ada manfaatnya selain membuat hati kita sakit. Imam Syafi’i rahimahullah berkata:
"Apabila kamu melayaninya, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu membiarkannya, ia akan mati dalam kedongkolannya." (Diwan As-Syafi’i)
Maka, cara terbaik adalah mengabaikan dan memblokir orang yang tidak bisa dinasihati. Ibnul Qayyim rahimahullah juga berkata:
"Jangan jadikan anjing itu bernilai untuk dijawab. Tiap kali dia menggonggong kepadamu, maka acuhkan saja. Bergembiralah dengan keutamaan ilmu, iman, dan petunjuk yang kamu miliki, dan berpalinglah darinya sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah." (Shawaiqul Mursalah 3/1158)
Dalam dakwahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengalami berbagai penghinaan, termasuk saat beliau diusir dari Thaif. Malaikat Jibril ‘alaihissalam datang dan berkata bahwa malaikat penjaga bukit siap menimpakan gunung kepada penduduk Thaif, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak dan malah berdoa:
بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
"Bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun." (HR. Bukhari no. 3231)
Doa beliau dikabulkan, dan tidak lama kemudian penduduk Thaif menjadi pembela Islam.
Jika seseorang tetap keras kepala dan tidak bisa dinasihati dengan baik, maka tidak ada salahnya untuk memblokirnya. Ini bukanlah bentuk kezaliman atau pemutusan tali persaudaraan, tetapi bagian dari menjaga ketenangan diri dan menjauhi orang-orang jahil sebagaimana diperintahkan dalam Islam. Kita tetap bisa mendoakan kebaikan bagi mereka, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan penduduk Thaif.
Semoga Allah memberikan kita kelapangan hati dan kesabaran dalam berdakwah serta menjaga hati dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Aamiin.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store