My Blog

  • 01-08-2024

Kunci Menuju Puncak Keimanan

Nahwu Wadhih -  Mu'adz bin Jabal rodhiyallahu 'anhu berkata, "Seorang hamba tidak akan sampai pada puncak keimanan hingga dia lebih menyukai sifat rendah hati daripada ketenaran, lebih menyukai apa yang sedikit dari dunia daripada yang banyaknya, memperlakukan orang yang dia sukai dan yang dia benci sama di hadapan kebenaran, dan menerapkan hukum terhadap manusia sebagaimana dia terapkan terhadap dirinya sendiri dan keluarganya." (Az-Zuhd Libnil Mubarak 2/52). 

Sifat tawadhu’ atau rendah hati adalah salah satu karakter yang sangat dianjurkan. Sifat ini tidak hanya menunjukkan ketundukan seorang hamba kepada Allah azza wa jalla, tetapi juga mencerminkan sikap hormat dan kasih sayang terhadap sesama manusia. 

Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, 

َاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ 

Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS. Asy-Syu’ara: 215) 

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ 

“Berendah hatilah engkau terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hijr: 88) 

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ 

Negeri akhirat (Surga) itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashas: 83) 

Dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, 

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ 

Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hatii) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588). 

Dan dalam hadist lain, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, 

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ 

Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas (berbuat zalim) pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865) 

Dari Umar Radhiallahuanhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:  

  

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ ، فَقُولُوا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ 

Janganlah kalian menyanjungku dengan berlebihan sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam, sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka panggillah aku dengan sebutan hamba Allah dan Utusan-Nya.” (HR. Ahmad: 165) 

Allah azza wa jalla telah memerintahkan kita untuk bersikap tawadhu'. Dan Allah juga menjanjikan balasan yang baik di akhirat bagi mereka yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri.  

Sifat tawadhu’ adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh setiap mukmin. Dengan rendah hati, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah azza wa jalla, tetapi juga menciptakan hubungan yang harmonis dengan sesama manusia. Semoga kita semua dapat mengamalkan sifat tawadhu’ dalam kehidupan sehari-hari dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aamiin.  

Kitab Nahwu Wadhih  - Fikar Store 

admin
Admin