My Blog

  • 11-12-2023

Kita Butuh untuk Belajar Ilmu Agama

Fikar store - Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)

Berdasarkan ayat diatas imam Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita, sebagai seorang hamba untuk beriman kepada-Nya, membenarkan Rasul-Nya, mengambil seluruh ajaran syari’at-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dengan seluruh kesanggupan, itulah yang dinamakan berislam secara kaffah yang dalam artian berislam secara menyeluruh.

Seorang muslim tidak mungkin dapat berislam secara kaffah jika tidak mempelajari ilmu agama islam dengan baik. Belajar ilmu agama Islam sudah jelas bahwa hukumnya wajib. Karena itulah kita harus belajar agama ini agar dapat menjalankan perintah-Nya dengan baik, agar kita menjalankan apa yang Allah ta’ala mau dan apa yang rasul-Nya contohkan tanpa tertipu di zaman fitnah saat ini. Selain sebuah kewajiban, sampai kapanpun ilmu agama islam kita butuhkan untuk menjalani kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Kita mengingat, Dalam sebuah hadits yang shahih dari 'Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pernah bersabda: 

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا ، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu begitu saja dari hamba-hamba-Nya, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, hingga apabila tidak lagi tersisa seorang 'alim pun (di bumi). Maka banyak manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka, sehingga ketika para pemimpin tersebut ditanyai (atau diajak dialog, diskusi bahkan debat) tentang suatu persoalan (yang merupakan isu penting dan krusial di berbagai bidang) mereka menjawabnya dengan jawaban tanpa ilmu (yakni tidak ilmiah, dan tidak objektif). Hal demikian karena mereka sendiri telah tersesat dan menyesatkan orang lain [HR. Bukhari no. 100 & Muslim no. 2673] 

Dari hadist diatas, betapa mengerihkannya akhir zaman yang telah banyak diceritakan oleh rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Dari sini kita tahu betapa butuhnya kita dengan ilmu agama di zaman fitnah saat ini. 

Sebagai seorang muslim yang berakal, harus menyadari betapa butuhnya kita untuk belajar agama Islam di zaman fitnah ini. Belajar agama Islam adalah kewajiban yang tidak pernah berhenti sepanjang hayat kita. Belajar agama Islam adalah cara untuk mengenal Allah ta’ala, agama-Nya, dan ciptaan-Nya. Belajar agama Islam adalah cara untuk mengembangkan potensi diri, memperbaiki akhlak, dan memberikan manfaat bagi sesama.

Selain itu mempelajari ilmu agama Islam adalah cara untuk menghadapi fitnah saat ini yang mengelabui, dan menyesatkan kita. Belajar agama Islam adalah cara untuk mempertahankan iman, tauhid, dan tawakal kita. Belajar agama Islam adalah cara untuk meraih kemenangan, kebahagiaan, dan keselamatan di dunia dan akhirat dengan menghidupkan hati, sebagaimana hujan yang menyaburkan tanah. Mari kita renungkan sebuah hadist yang disampaikan dari Abu Musa radhiallahuanhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ

Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah  tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian, ilmu adalah kebaikan dan kebaikan ini adalah kebaikan yang meninggikan derajat dan menghantarkan kita ke surga mari kita renungkan dua hadist berikut. 

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).

عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِى الدَّرْدَاءِ فِى مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّى جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ -صلى الله عليه وسلم- لِحَدِيثٍ بَلَغَنِى أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ. قَالَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِى الأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِى جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ »

Dari Katsir bin Qois, ia berkata, aku pernah duduk bersama Abu Darda’ di Masjid Damasqus, lalu datang seorang pria yang lantas berkata, “Wahai Abu Ad Darda’, aku sungguh mendatangi dari kota Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- (Madinah Nabawiyah) karena ada suatu hadits yang telah sampai padaku di mana engkau yang meriwayatkannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku datang untuk maksud mendapatkan hadits tersebut. Abu Darda’ lantas berkata, sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ilmu itu lebih berharga daripada segunung emas dan berlian dan ilmu adalah kemuliaan. Ilmu agama islam mendekatkan kita pada Allah ta’ala dan rasul-Nya shalallahu alaihi wa sallam. Dari sini kita tahu betapa butuhnya dan berharganya ilmu agama islam. Semoga kita semua dimudahkan dan menjadi pribadi yang selalu belajar ilmu hingga akhir hayat agar dapat disampaikan pada manusia dan diamalkan. Dan semoga dengan ilmu kita dapat menempuh jalan yang sama dengan jalan Rasulullah shallahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Aamiin. alfikar store

admin
Admin