Fikar store - Shalat adalah perkara pertama yang kelak akan dihisab. Oleh karena itu khusyuk adalah perkara yang sangat penting untuk kesempurnaan shalat. Ada sebuah riwayat hadist dari Ammar bin Yasir radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنَّ الرَّجلَ لينصرِفُ ، وما كُتِبَ لَه إلَّا عُشرُ صلاتِهِ تُسعُها ثُمنُها سُبعُها سُدسُها خُمسُها رُبعُها ثُلثُها ، نِصفُها
“Ada orang yang ketika selesai dari shalatnya, tetapi ia hanya mendapatkan sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan separuhnya” (HR. Abu Daud no. 796, dihasankan syeikh Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).
Khusyuk merupakan tuntutan keharusan tiap-tiap muslim dalam shalat. Karena khusyuk adalah ruhnya shalat maka hendaknya setiap muslim berusaha khusyuk dan tuma’ninah dalam shalatnya, menyempurnakan ruku’nya, i’tidalnya hingga sujudnya. Allah Subahanahhu wa ta’ala berfirman:
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ ١ الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خٰشِعُوْنَ ٢ ( المؤمنون/23: 1-2)
Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin.(Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, (Al-Mu'minun/23:1-2)
Khusyuk, bila diartikan secara bahasa berarti tenang dan tunduk, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنَّكَ تَرَى الْاَرْضَ خَاشِعَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْۗ اِنَّ الَّذِيْٓ اَحْيَاهَا لَمُحْيِ الْمَوْتٰى ۗاِنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٣٩ ( فصّلت/41: 39)
Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa engkau melihat bumi kering dan tandus, kemudian apabila Kami menurunkan air (hujan) padanya, ia pun hidup dan menjadi subur. Sesungguhnya Zat yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Fussilat/41:39)
Khashi'atan (خَاشِعَةً) disini berarti tenang dan tunduk. Ini berarti dapat disimpulkan bahwa dengan menghadirkan ketenangan dan ketundukan ketika dalam shalat, dapat dikategorikan sebagai usaha dalam meraih kehusyukan. Dan khusyuk dalam shalat dapat digapai dengan fokuskan hati dan pikiran dengan hanya memikirkan segala hal yang terkait hanya dalam shalat saja bukan pada hal yang lain (tafsir Ibnu Katsir). Allah subhanahu wa ta’ala menyebut orang-orang yang khusyuk adalah orang-orang beriman yang selalu bersegera dalam perbuatan baik dan diirinigi rasa takut dan berharap hanya kepada-Nya, ini adalah pujian Allah kepada nabi-Nya, yaitu Zakaria alaihisalam, berdasarkan sifat-sifat beliau alaihisalam yang seharusnya kita tiru. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَزَكَرِيَّآ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ ۚ ٨٩ فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ ٩٠ ( الانبياۤء/21: 89-90)
(Ingatlah) Zakaria ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), sedang Engkau adalah sebaik-baik waris. Sekiranya Allah Swt. tidak mengabulkan doanya, yakni memberi keturunan, Nabi Zakaria a.s. akan berserah diri kepada Allah Swt. karena Allah Swt. adalah waris yang terbaik. Maka, Kami mengabulkan (doa)-nya, menganugerahkan Yahya kepadanya, dan menjadikan istrinya (dapat mengandung). Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (Al-Anbiya'/21:89-90)
Karena begitu pentingnya perkara khusyu dalam shalat, setan berusaha menghilangkan kehusyukan seseorang ketika shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ، وَلَهُ ضُرَاطٌ، حَتَّى لاَ يَسْمَعَ التَّأْذِينَ، فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ، حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَرَ، حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ، حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ المَرْءِ وَنَفْسِهِ، يَقُولُ: اذْكُرْ كَذَا، اذْكُرْ كَذَا، لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لاَ يَدْرِي كَمْ صَلَّى
“Jika dikumandangkan adzan untuk shalat maka syaithan akan lari sambil mengeluarkan kentut hingga ia tidak mendengar suara adzan. Apabila panggilan adzan telah selesai maka setan akan kembali. Dan bila iqamat dikumandangkan setan kembali berlari dan jika iqamat telah selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap masuk kepada hati seseorang seraya berkata, ‘Ingatlah ini dan itu’ terhadap sesuatu yang dia tidak ingat. Dan terus saja dia melakukan godaan ini hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya.” (HR Al-Bukhari no 608 dan Muslim no 389)
Dan dalam riwayat lain:
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ أَبِي الْعَاصِ، أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلَاتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا» قَالَ: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللهُ عَنِّي
“Bahwasanya Utsman bin Abu Al–‘Ash mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya; wahai Rasulullah! Aku sering diganggu syaithan dalam shalat, sehingga bacaanku menjadi kacau karenanya, Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: itu memang syaithan yang dinamakan Khanzab. Jika engkau mulai merasakannya maka segeralah mohon perlindungan kepada Allah darinya, lalu meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali! Dia (‘Usman) berkata: maka akupun melakukan hal tersebut, lalu Allah menghilangkannya dariku.” (HR Muslim no 2203)
Ketika kita shalat, kita sedang bermunajat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kita menghadap Allah subhanahu wa ta’ala. Jadi meskipun kita tidak melihat-Nya, sebenarnya kitalah yang dilihat.
Rasulullah salallahu alaihi wa salam bersabda:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Al-Bukhari no 50 dan Muslim no 1)
Dan Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ ۙ ٢١٧ الَّذِيْ يَرٰىكَ حِيْنَ تَقُوْمُ ٢١٨ وَتَقَلُّبَكَ فِى السّٰجِدِيْنَ ٢١٩ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ٢٢٠ ( الشعراۤء/26: 217-220)
Bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Dia) yang melihat ketika engkau berdiri (untuk salat). Dan, (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Asy-Syu'ara'/26:217-220)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: 5] قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
“Allah berfirman: Aku membagi shalat antara Aku dan hambaKu dua bagian, dan untuk hambaku ia mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata, Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, Maka Allah berkata: HambaKu memujiKu, apabila hamba tersebut mengucapkan: Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang, Allah berkata: HambaKu menyanyjungKu”, apabila hamba tersebut mengucapkan: Pemilik hari kiamat, Allah berkata: HambaKu mengagungkanKu, apabila hamba tersebut mengucapkan: Hanya kepadaMulah aku menyembah dan hanya kepadaMulah aku memohon pertolongan, Allah berkata: Ini adalah antara Aku dengan hambaKu, dan hambaKu mendapatkan apa yang dia minta, dan apabila hamba tersebut mengucapkan: Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat”, Allah berkata: Ini untuk hambaKu, dan hambaKu mendapatkan apa yang dia minta” (HR Muslim no 395)
Demikian pentingnya khusyuk berdasarkan dalil-dalil di atas. Dengan Melakukan melakukan hal-hal yang menambah kekhusyukan (quwwah al-muqtadha) yaitu persiapan menjelang sholat, thumakninah didalamnya, membaca tartil surah, tadabbur ayat, fokus pada bacaan-bacaan shalat, bermujat dengan sungguh-sungguh terutama sujud, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang menghalangi bahkan menghilangkan kehusyukan (da’fu asy-syaaghil), yaitu gangguan yang dapat menghilangkan kehusyukan. Hal ini dijelaskan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Bulughul Maram dengan menggunakan hadits-hadits yang berlaku.
Grosir toko kitab online – Fikar Store
Sumber:
bekalislam.firanda.com/5296-sebab-sebab-yang-membantu-untuk-khusyu-dalam-shalat.html
muslimah.or.id/14004-shalat-yang-tidak-khusyuk-sama-sekali-apakah-batal.html- Ustadz Yulian Purnama.S.Kom
muslim.or.id/13989-meraih-khusyu-dalam-ibadah-1.html- Ustadz Abdullah bin Taslim Al-Buthoni
rumaysho.com/29518-apa-itu-khusyuk-dan-bagaimana-kiatnya-dalam-shalat.html- ustadz Muhammad Abdullah Tausikal, MSc