Nahwu Wadhih - Dalam kehidupan ini, kita seringkali menghadapi berbagai tantangan yang membuat kita menengadahkan tangan, memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah azza wa jalla. Namun, ada kalanya doa-doa tersebut tampak tidak atau belum dikabulkan, begitu yang ada di pikiran kita. Padahal, kita telah berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi syarat-syarat dikabulkannya doa. Misalnya, kita telah berdoa dengan ikhlas, menghindari syirik, memulai doa dengan pujian kepada Allah yang maha terpuji dan salawat, yakin akan dikabulkan, dan memilih waktu serta tempat yang mustajab. Bahkan, kita sudah berusaha menjauhi makanan dan minuman haram, meninggalkan maksiat, bertaubat, serta melakukan ketaatan lainnya. Namun, doa kita masih belum terkabul. Mengapa ini bisa terjadi?
Satu hal dan yang pertama yang perlu kita harus pahami bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala Maha Kuasa dan Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Dan Allah ta’ala berfirman,
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya untuk kalian." (QS Ghafir: 60)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ.
"Tidak ada seorang pun yang berdoa dengan sebuah doa kecuali Allah akan mengabulkan apa yang dimintanya atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya, selama dia tidak berdoa yang mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi." (HR At-Tirmidzi)
Hadis ini menjelaskan bahwasanya doa yang kita panjatkan pasti akan mendapatkan balasan, meskipun mungkin bukan dalam bentuk yang kita harapkan. Ada tiga kemungkinan pengabulan doa yang telah dipanjatkan seorang muslim:
Mungkin kita merasa sedih atau kecewa ketika doa-doa kita tidak segera dikabulkan. Namun, kita harus ingat bahwa tertundanya doa bukanlah berarti Allah tidak mengabulkan atau tidak sayang kepada kita. Sebaliknya, Allah mengetahui apa yang terbaik bagi kita, dan terkadang menunda pengabulan doa adalah bagian dari kasih sayang-Nya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk terus berdoa, bahkan memperbanyak doa, karena Allah Maha Mendengar dan Maha Memberi.
Para sahabat Nabi pernah bertanya, "Kalau begitu kami akan memperbanyak doa kami." Rasulullah menjawab, "Allah lebih banyak lagi." Ini menunjukkan bahwa kita harus terus-menerus memohon kepada Allah tanpa ragu, karena Allah lebih Maha Besar dan Maha Pemurah dibandingkan dengan banyaknya doa yang kita panjatkan.
Dalam setiap doa yang kita panjatkan, penting bagi kita untuk selalu berbaik sangka kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadits qudsi, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
أنا عندَ ظنِّ عبدي بي ، فليظنَّ بي ما شاء
"Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Oleh karena itu, berprasangkalah terhadap-Ku sesuka hatinya." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Ini berarti bahwa Allah akan memperlakukan kita sesuai dengan bagaimana kita berprasangka kepada-Nya. Jika kita yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita, maka itulah yang akan kita dapatkan.
Tertundanya pengabulan doa bukanlah sesuatu yang harus membuat kita putus asa atau meragukan kasih sayang Allah. Sebaliknya, hal ini seharusnya meningkatkan kesabaran kita dan keyakinan kita bahwa Allah tahu apa yang terbaik bagi kita. Teruslah berdoa, teruslah berusaha, dan selalu berprasangka baik kepada Allah. Dengan demikian, insya Allah, kita akan merasakan kedamaian dalam hati dan keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita, memberikan yang terbaik pada waktu yang tepat.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua. Amin.
Kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store