Al-arabiyah linnasyiin - Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah mengatakan bahwa "Hamba yang paling tinggi kedudukan dan martabatnya di antarai manusia lain adalah jika dia tidak butuh kepada mereka sama sekali. Jika seorang hamba tetap berbuat baik kepada sesama manusia sedangkan dia tidak butuh kepada mereka, maka dia menjadi orang yang paling tinggi kedudukannya (mulia) di sisi mereka."
Dalam konteks kehidupan sosial dan spiritual, Islam mengajarkan pentingnya kemandirian dan kemuliaan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, salah satu ulama yang menjadi rujukan banyak ulama’ saat ini, menekankan bahwa kedudukan tertinggi seorang hamba di mata manusia tercapai ketika ia tidak bergantung dan berharap dari bantuan dari orang lain dalam bentuk apa pun. Ini bukan berarti mengisolasi diri atau menolak interaksi sosial, melainkan mencapai tingkat kemandirian yang memungkinkan seseorang untuk memberi tanpa mengharapkan imbalan.
Kutipan dari perkataan Ibnu Taimiyah rahimahullah yang terdapat dalam kitab “Majmu’ul Fatawa” menunjukkan bahwa kemuliaan sejati terletak pada kemampuan untuk berbuat baik kepada sesama tanpa adanya ketergantungan terhadap manusia lain. Dengan kata lain kemuliaan sejati seorang hamba ada pada ketika dia berbuat baik pada manusia lain disaat bersamaan dia tidak mengharapkan imbalan atau kebaikan dari orang lain, yaitu berbauat baik tanpa pamrih. Ini mencerminkan prinsip Islam yang mendalam tentang kebaikan yang tidak bersyarat, di mana tindakan baik dilakukan semata-mata karena Allah dan bukan karena keinginan untuk mendapatkan pengakuan atau pujian dari manusia.
Kemandirian yang diajarkan dalam agama Islam tidak hanya diukur dari sisi material, tetapi juga spiritual. Seorang muslim yang mandiri adalah mereka yang bergantung hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam segala hal, beriman, meminta pertolongan-Nya, hingga mempercayai dan menerima ketetapan-Nya. Dengan demikian, kemandirian ini membawa kepada kemuliaan yang lebih tinggi, yaitu kemuliaan di hadapan Allah dan manusia. Demikian jika seorang hamba berbuat baik dengan meringankan dan memenuhi kebutuhan orang lain maka Allah azza wa jalla akan menolongnya. Dari ibnu Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ
“Siapa yang menolong saudaranya dalam kebutuhannya, maka Allah pun akan menolongnya dalam kebutuhannya” (HR. Bukhari no. 2442 dan Muslim no. 2580).
Kemuliaan seorang hamba diantara manusia lain adalah ketika dia tidak membutuhkan atas sesuatu apapun terhadap manusia lain dan berbuat baik tanpa berharap kebaikan dari manusia, tetapi hanya berharap dan bergantung hanya kepada Allah semata. Dengan tidak bergantung kepada manusia dan tetap berbuat baik kepada mereka, kita tidak hanya mencapai kemuliaan di mata manusia, tetapi juga mendekatkan diri kepada kemuliaan di sisi Allah. Jika kita berbuat baik kepada orang lain maka Allah akan menolong kita. Maka perbanyaklah berbuat baik kepada orang lain dengan tanpa perhitungan dan imbalan dari orang lain.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store