My Blog

  • 25-12-2024

Kebahagiaan dalam Rasa Cukup

Arabiyah linnasyiin -  Sesungguhnya kekayaan sejati tidak diukur dari banyaknya harta benda, melainkan dari kedamaian jiwa yang selalu merasa cukup. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ 

“Kekayaan itu bukanlah diukur dari banyaknya harta benda, tetapi kekayaan itu adalah kekayaan hati (yang selalu merasa cukup).” 

(HR. Al-Bukhari no. 6446, Muslim no. 1051) 

Hadis ini mengajarkan kita bahwasanya kebahagiaan sejati tidak bergantung pada harta benda, tetapi pada kemampuan hati untuk merasa cukup dengan apa yang telah Allah subhanahu wa ta’ala berikan. 

Al-Imam Ibnu Baththol rahimahullah menjelaskan makna hadis ini: 

Kekayaan yang sebenarnya bukanlah pada banyaknya harta, karena banyak orang yang diberi keluasan harta namun tetap merasa kurang. Ia terus-menerus berambisi untuk menambah kekayaannya, bahkan sampai tidak peduli dari mana harta itu berasal. Orang seperti ini sejatinya adalah orang yang miskin karena kerakusannya yang tak pernah terpuaskan.” 

Banyak harta tidak selalu berbanding lurus dengan kebahagiaan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki harta secukupnya namun merasa puas dan ridha dengan rezeki yang Allah berikan, maka dialah yang sesungguhnya kaya. 

Orang yang memiliki kekayaan jiwa selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah, tak peduli seberapa besar atau kecilnya. Mereka yakin bahwa rezeki telah ditentukan oleh Allah, dan kebahagiaan sejati bukanlah diukur dari banyaknya harta, melainkan dari rasa syukur yang mereka miliki.  

Mereka yang kaya hati tidak dikuasai oleh hasrat duniawi yang berlebihan. Ketika Allah memberi lebih, mereka bersyukur. Ketika Allah memberi sedikit, mereka tetap sabar dan ridha, menyadari bahwa segala sesuatu adalah ujian dan anugerah dari Sang Pencipta. Orang yang kaya hati tidak pernah mengorbankan prinsip atau akhlaknya demi mengejar harta.  

Mereka tidak terobsesi dengan perlombaan materialistik yang sering mengorbankan kebahagiaan batin, melainkan hidup dalam kesederhanaan dan ketenangan, memprioritaskan nilai-nilai moral  agama di atas segalanya. Dengan demikian, mereka menemukan kebahagiaan yang abadi dalam keberkahan hidup yang penuh rasa syukur dan keridhaan. 

Hadis ini mengajarkan kita untuk: 

  • Memperbaiki Cara Pandang terhadap Harta 

Harta hanyalah alat, bukan tujuan. Banyaknya harta tidak menjamin ketenangan hidup, sedangkan rasa cukup adalah kunci kebahagiaan. 

  • Mengendalikan Nafsu syahwat

Jangan biarkan keinginan akan dunia mendominasi hidup kita hingga melupakan akhirat.  

  • Mengutamakan Syukur dan Sabar 

Syukur atas nikmat Allah dan sabar dalam menghadapi ujian adalah bentuk kekayaan hati yang akan membuat hidup lebih tenang. 

Kekayaan sejati adalah kekayaan jiwa, yaitu hati yang merasa cukup, puas, dan ridha dengan apa yang Allah takdirkan. Mari jadikan syukur sebagai bagian dari hidup kita dan jauhi sifat tamak yang hanya membawa kehancuran. Dengan demikian, kita tidak hanya kaya di dunia, tetapi juga di akhirat. 

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kaya hati, senantiasa bersyukur, dan ridha atas pemberian-Nya. Aamiin. 

Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store     

admin
Admin