My Blog

  • 22-06-2023

Jika Rezeki Sudah Diatur, Kenapa Harus Cemas?

Arabiyah Linnasyiin - Di zaman sekarang ini, banyak hal yang bisa membuat kita cemas, takut, atau bingung dengan kehidupan kita di dunia ini. Misalnya, harga barang-barang kebutuhan pokok yang tinggi, biaya masuk sekolah yang mahal, tarif listrik, PDAM, BBM dan biaya hidup yang selalu naik, dan lain-lain yang membuat kita takut dengan porsi rezeki kita. Uang yang seakan-akan tidak berharga lagi, penghasilan yang tidak naik-naik, dan sebagainya. Sebelumnya mari kita simak firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kitabullah-Nya.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ مَآ اُرِيْدُ مِنْهُمْ مِّنْ رِّزْقٍ وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ يُّطْعِمُوْنِ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (saja). Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”. (QS. Adz-Dzariat [51]: 56-58).

Allah Ta’ala juga menegaskan dalam ayat lain,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ

Katakanlah, ’Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan dari bumi?’ Katakanlah, ’Allah’.” (QS. Saba’ [34]: 24)

Mungkin kita merasa, hidup kita paling susah di dunia ini, padahal sebenarnya, di luar sana ada banyak orang yang hidupnya lebih susah dari kita dan sebagian dari kita para suami, selalu cemas, "Dari mana aku akan mencari nafkah (rezeki) untuk menghidupi diri dan keluargaku besok? Bagaimana aku nanti bisa mencari nafkah?" Sedangkan apa itu "rezeki"? Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menentukan rezeki untuk setiap makhluk-Nya

Rezeki merupakan segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia maupun untuk di akhirat kelak”. Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah, rezeki ada dua macam yaitu, rezeki yang bermanfaat bagi tubuh dan rezeki yang bermanfaat bagi kehidupan akhirat (agama). Hal-hal yang berguna bagi tubuh seperti makanan-minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan lainya. sedangkan rezeki yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat (agama) adalah ilmu dan iman atau biasa disebut hidayah.

Banyak di antara kita yang cemas dengan rezeki jenis pertama. Kita cemas ketika penghasilan sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Yang kita pikirkan setiap saat dan setiap waktu adalah bagaimana kita bisa memiliki penghasilan tambahan?

Sebaliknya, kita justru tidak pernah cemas dengan rezeki jenis kedua. Ketika hati kita kosong dari ilmu agama, kita tenang-tenang saja. Ketika iman kita lemah (turun drastis), tidak ada sedikit pun kekhawatiran di dalam dada. Ketika amal ketaatan kita sedikit, kita acuh saja. Ketika kita semakin terlena dengan maksiat, semuanya terasa menyenangkan saja. Seolah-olah semuanya baik-baik saja, padahal bisa jadi iman kita sedang berada di tepi jurang. 

Semoga kita terselamatkan dari yang demikian ini...

Selain itu, rezeki selalu kita samakan dengan uang atau harta, padahal kesehatan adalah rezeki,  Bisa bernapas adalah rezeki... dan demikian seterusnya untuk nikmat-nikmat yang lain. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menentukan rezeki untuk setiap makhluk-Nya

Jika memang yang menjadi kegelisahan kita adalah rezeki jenis pertama, yaitu rezeki yang bermanfaat untuk badan atau rezeki berupa harta, maka perlu kita ketahui bahwa Allah-lah yang akan memberikan rezeki itu semuanya kepada kita.

Tapi, kita harus selalu ingat bahwa rezeki yang sudah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak hanya berupa materi atau harta. Rezeki yang dianugerahkan oleh Allah bisa berwujud kesehatan, ketenangan jiwa, dan kegembiraan yang luar biasa. Karena itu, janganlah terlalu sibuk dengan mencari uang dan harta benda, namun tetap usaha dan doa dengan rajin agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rizki yang paling baik untuk kita. 

Kewajiban kita adalah berusaha mencari rezeki yang halal dengan selalu bertawakkal kepada-Nya

Jangan bersangka buruk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Kewajiban kita adalah berusaha mencari rezeki yang halal dengan selalu bertawakkal kepada-Nya

Kami ingin mengingatkan kembali, bahwa Allah-lah yang menjamin rezeki kita di dunia ini. Bahkan Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

Tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan rizkinya telah ditetapkan oleh Allah.” (QS. Huud [11]: 6)

Jika binatang saja mendapatkan jaminan seperti itu, bagaimana lagi dengan manusia?

Allah Ta’ala juga tidak akan mencabut nyawa kita kecuali Allah telah menyempurnakan porsi rezeki tersebut untuk kita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا

Sesungguhnya jiwa itu tidak akan mati sehingga sempurnalah rizkinya.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 2144)

Ketika Allah Ta’ala sudah menyatakan seperti itu, maka kewajiban kita adalah berusaha untuk mencari dan mendapatkan rezeki itu dari Allah Ta’ala dari jalan-jalan yang halal. Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi,

يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِى أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِى أَكْسُكُمْ

Wahai para hamba-Ku, kalian semua adalah lapar kecuali yang Aku beri makan. Maka mintalah makan kepada-Ku niscaya akan Aku beri makan. Wahai para hamba-Ku, kalian semuanya adalah telanjang kecuali yang Aku beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya akan Aku beri pakaian.” (HR. Muslim no. 6737)

Yang dimaksud dengan “permintaan” di sini bukanlah sekedar permintaan belaka tanpa melakukan usaha apa-apa. Akan tetapi, permintaan di sini mencakup meminta dengan berdoa kepada Allah agar Allah memberikan makanan dan pakaian kepada kita serta terkandung pula usaha untuk mencari rezeki dan karunia dari Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 10)

Allah Ta’ala juga berfirman,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (akan) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk [67]: 15)

Demikianlah beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang rezeki yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas segala nikmat yang Allah Ta’ala berikan, baik berupa materi maupun non-materi. Semoga kita juga termasuk orang-orang yang berusaha dan bertawakkal kepada Allah Ta’ala dalam mencari rezeki yang halal dan barokah. Dan semoga kita juga termasuk orang-orang yang tidak cemas dan takut dengan porsi rezeki kita, karena Allah Ta’ala Maha Pemberi Rezeki dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. Dan mari kita terus berdoa dan berusaha dengan penuh kaimanan dan ketawakalan.

اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَ أَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Artinya:

Ya Allah, cukupkanlah aku dengan barang yang halal hingga aku tidak butuh kepada yang haram dan cukupkanlah aku dengan keutamaan-Mu hingga aku tidak butuh kepada selain-Mu.” (HR. Turmudzi)

Rekomendasi toko kitab: fikar store – Alfikar.com tersedia kitab Arabiyah Linnasyiin dengan harga murah.

Sumber:

muslim.or.id yang ditulis oleh: ustadz dr. M Saifudin Hakim, M.Sc “Tidak Perlu Cemas dan Takut dengan Porsi Rezeki Kita (Bagian 1 & 2)” 

rumaysho.com/10276-tak-perlu-khawatir-dengan-rezeki.html ditulis oleh ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

admin
Admin