Nahwu Wadhih - Dalam labirin kehidupan yang kompleks ini, kita seringkali dihadapkan pada persimpangan antara kejujuran dan kebohongan. Pilihan yang kita ambil tidak hanya mencerminkan nilai-nilai yang kita pegang, tetapi juga menentukan kualitas hidup kita secara keseluruhan. Dalam agama Islam, kitapun diperintahkan untuk berlaku jujur. Bahkan akan lebih baik jika kita meninggalkan perkara yang meragukan. Mari kita simak sebuah hadist yang mulia ini, hadist ini disampaikan dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
Jika kita berbicara tentang kejujuran, ini lebih dari sekadar kata-kata. Kejujuran juga merupakan ekspresi dari keaslian diri. Ketika seseorang memilih untuk berbicara dan bertindak dengan benar (jujur), ia membebaskan diri dari belenggu kepalsuan. Kejujuran menciptakan ruang bagi kepercayaan untuk tumbuh dan hubungan untuk berkembang. Dalam kejujuran, ada kelegaan dan ketenangan batin yang tidak tergantikan, karena tidak ada yang perlu ditutupi atau diingat. Kejujuran memungkinkan kita untuk hidup dengan kepala tegak dan hati yang ringan, menikmati kedamaian yang datang dari integritas dan konsistensi. Ketika jujur kita hanya menyampaikan apa yang kita ingat tanpa perlu berpikir keras mengarang-ngarang untuk menyusun perkataan.
Di sisi lain, kebohongan merupakan beban yang begitu berat. Setiap kebohongan yang terucap menuntut kebohongan lain untuk menopangnya, seolah membentuk jaringan yang rumit dan rapuh. Keresahan yang ditimbulkan oleh kebohongan bukan hanya karena ketakutan akan terbongkarnya kebenaran, tetapi juga karena konflik internal yang dialami oleh pelaku kebohongan itu sendiri. Kebohongan menggerogoti kepercayaan, baik dari orang lain maupun dari diri sendiri, dan seringkali berakhir dengan kerugian yang lebih besar daripada keuntungan sementara yang mungkin diperoleh.
Kebohongan juga memiliki konsekuensi jangka panjang pada kesehatan mental. Stres kronis yang dihasilkan dari kebiasaan berbohong dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan emosional. Selain itu, kebohongan dapat merusak reputasi dan menghancurkan peluang masa depan. Sebaliknya, kejujuran membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan pribadi dan profesional yang berkelanjutan.
Kebahagiaan sejati tidak dapat dipisahkan dari kejujuran. Kebahagiaan yang berakar pada kebenaran adalah kebahagiaan yang tahan lama dan memuaskan. Ini adalah kebahagiaan yang tidak bergantung pada situasi luar, tetapi berasal dari dalam diri seseorang yang hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang benar.
Pilihan untuk jujur atau berbohong adalah pilihan antara kebahagiaan yang nyata dan keresahan yang tak berujung. Dengan memilih kejujuran, kita memilih jalan yang mungkin tidak selalu mudah, tetapi pasti akan membawa kita ke kedamaian dan kepuasan yang lebih dalam. Kita harus dapat berkomitmen untuk hidup dengan kejujuran, karena di sanalah kita akan menemukan kebahagiaan yang abadi dan tak tergoyahkan.
kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store