Nahwu Wadhih - Hidup adalah rangkaian ujian dan cobaan yang Allah ﷻ berikan untuk menguji keimanan kita. Ujian ini bisa datang dalam bentuk kesulitan, penyakit, atau musibah yang tidak disukai. Namun, di balik ujian ini terdapat hikmah yang besar, yaitu penghapusan dosa dan pengingat agar kita kembali kepada Allah ﷻ. Oleh karena itu, seorang mukmin hendaknya tidak mengeluh, mencela, atau berburuk sangka terhadap ketetapan Allah, termasuk musibah yang menimpanya.
Dalil-Dalil Tentang Ujian dan Penghapusan Dosa
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa musibah dan penyakit yang menimpa seorang mukmin akan menjadi sebab pengampunan dosa. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan dihapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”
(HR. Bukhari, no. 5660 dan Muslim, no. 2571).
Hadits ini menjelaskan bagaimana penyakit atau musibah yang diterima dengan sabar dapat menjadi jalan pengampunan dosa. Rasulullah ﷺ juga bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa rasa sakit (yang terus-menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada masa depan), sedih (akan masa lalu), kesusahan hati, atau sesuatu yang menyakiti sampai pada duri yang menusuknya, itu semua akan menghapuskan dosa-dosanya.”
(HR. Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no. 2573).
Hikmah di Balik Penyakit dan Musibah
Penghapusan Dosa
Penyakit dan musibah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Ketika seorang mukmin bersabar, setiap rasa sakit dan kesulitan akan menggugurkan dosa-dosa seperti daun yang berguguran dari pohon.
Peringatan untuk Kembali kepada Allah
Saat seseorang dalam keadaan sehat dan nyaman, ia sering kali lalai dan terlalu sibuk dengan urusan duniawi. Penyakit atau musibah mengingatkan kita akan kelemahan sebagai manusia dan pentingnya kembali kepada Allah dengan penuh penyesalan.
Meninggikan Derajat di Sisi Allah
Dalam beberapa kasus, ujian diberikan untuk meninggikan derajat seseorang di sisi Allah asalkan tetap bersabar dan ikhlas.
Mengeluh dan mencela terhadap ujian yang Allah berikan adalah bentuk ketidakpuasan terhadap takdir-Nya. Hal ini dilarang karena menunjukkan kurangnya rasa syukur dan keimanan. Allah ﷻ berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286).
Sebaliknya, seorang mukmin dianjurkan untuk bersabar dan ridha terhadap ujian yang dihadapinya, sebagaimana firman Allah:
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10).
Sikap yang Dianjurkan Saat Menghadapi Ujian
Bersabar dan Ridha
Terimalah ujian dengan sabar dan ridha, karena itu adalah ketetapan Allah yang mengandung hikmah besar.
Banyak Beristighfar dan Memperbaiki Diri
Gunakan waktu ujian untuk introspeksi diri, memohon ampun, dan memperbaiki hubungan dengan Allah.
Berprasangka Baik kepada Allah
Percayalah bahwa setiap musibah yang Allah berikan adalah bentuk kasih sayang dan ujian untuk kebaikan hamba-Nya.
Memperbanyak Amal Shalih
Meskipun sedang sakit, upayakan untuk tetap melakukan amal shalih seperti berzikir, berdoa, atau bersedekah.
Sesungguhnya penyakit dan musibah bukanlah alasan untuk mengeluh atau mencela, melainkan kesempatan yang Allah berikan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bersabar, dan memperbaiki diri. Setiap ujian yang diterima dengan sabar akan menjadi penghapus dosa dan sarana untuk meningkatkan derajat kita di sisi Allah ﷻ.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba yang bersabar dalam menghadapi setiap ujian dan meraih pahala serta ampunan-Nya. Aamiin.
Allahu Ta'ala a’lam bish-shawab.
Toko grosir kitab online - Nahwu Wadhih - Fikar Store