My Blog

  • 10-10-2024

Jangan Sampai Tenggelam dalam Kesedihan

Nahwu Wadhih -  Kesedihan adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Setiap orang pasti pernah merasakannya, baik karena kehilangan atau disakiti orang yang dicintai, menghadapi kegagalan, atau mengalami berbagai kesulitan hidup. Dalam Islam, kesedihan bukanlah sesuatu yang harus dibiarkan berlarut-larut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kita bagaimana seharusnya menghadapi kesedihan dan berdoa agar terhindar dari hal-hal yang melemahkan semangat kita. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan teladan yang sempurna dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Dalam sebuah doa yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dari segala bentuk kesedihan dan kelemahan: 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ 

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia. 
(HR. Al-Bukhari) 

Dalam doa ini, terlihat betapa pentingnya menjaga kekuatan hati dan semangat dalam menjalani kehidupan. Kesedihan dan kebingungan, jika dibiarkan, bisa melemahkan jiwa dan membuat kita tidak produktif. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk selalu memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dari kesedihan yang berlarut-larut. 

Menurut Ibnul Qoyyim rahimahullah, kesedihan yang berlarut-larut membawa dampak yang sangat merugikan bagi seorang mukmin. Beliau menjelaskan bahwa: 

Kesedihan melemahkan hati, sehingga membuat seseorang kehilangan ketenangan dan fokus dalam hidupnya. 

Kesedihan melemahkan semangat, menjadikan seseorang enggan untuk berusaha, berjuang, atau melakukan aktivitas bermanfaat. 

Kesedihan membahayakan keinginan, mengurangi motivasi untuk mencapai tujuan hidup, baik dunia maupun akhirat. 

Setan, sebagai musuh utama manusia, sangat menyukai ketika seorang mukmin larut dalam kesedihan. Seorang mukmin, karena kesedihan yang berlarut-larut akan melemahkan iman dan ibadah kita. Setan akan berusaha memanfaatkan momen-momen sulit dalam hidup kita untuk membuat kita merasa putus asa dan kehilangan harapan. Dengan tipudayanya membuat seorang muslim tenggelam dalam kesedihannya sehingga enggan melaksanakan ketaatan kepada Allah azza wa jalla. 

Islam sangat memahami bahwa merasakan kesedihan adalah wajar. Ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, mengalami masalah besar, atau menghadapi cobaan berat, wajar jika kita merasa sedih. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga pernah menangis ketika putranya, Ibrahim, meninggal dunia. Namun, beliau tidak larut dalam kesedihan yang berlarut-larut. 

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengingatkan bahwa yang tidak wajar adalah larut dalam kesedihan. Kesedihan yang berlebihan tidak hanya mengganggu kehidupan kita di dunia, tetapi juga dapat mengurangi kualitas ibadah dan membuat kita semakin jauh dari Allah subhanahu wa ta'ala. 

Allah subhanahu wa ta'ala menginginkan kita untuk selalu bersabar dan percaya bahwa setiap ujian memiliki hikmah. Kita tidak diciptakan untuk terpuruk dalam kesedihan, tetapi untuk bangkit dan memperbaiki diri. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan bahwa kesabaran adalah kunci dalam menghadapi ujian hidup, dan memperbaiki segala urusan, nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda: 

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ 

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999) 

Setiap cobaan yang menimpa kita selalu memiliki hikmah di baliknya. Bersabar adalah kunci untuk menjaga hati tetap tenang. Allah subhanahu wa ta'ala berjanji bahwa kesulitan yang kita alami hanya sementara dan akan diiringi dengan kemudahan: 

اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ 

Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” 
(QS Al-Insyirah: 6) 

Kesedihan adalah ujian yang wajar dalam kehidupan, namun Islam mengajarkan kita untuk tidak tenggelam dalam kesedihan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan doa-doa perlindungan dari kesedihan, dan Islam memberikan panduan agar kita selalu bangkit dari keterpurukan dan tidak menyerah pada keadaan. Dengan bersandar kepada Allah subhanahu wa ta'ala, bersabar, dan terus berprasangka baik kepada-Nya, kita akan mampu melewati setiap cobaan dengan lebih kuat. 

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kita kekuatan untuk menghadapi setiap ujian dengan kesabaran dan keteguhan hati. Aamiin. 

 Kitab Nahwu Wadhih  - Fikar Store 

admin
Admin