My Blog

  • 07-10-2024

Jangan Membenci karena Persaingan

Kitab tashrif -  Persaingan dalam bisnis, pendidikan, bahkan dalam kehidupan sehari-hari, sering kali menjadi penyebab munculnya permusuhan dan kebencian. Saat seseorang merasa usahanya atau pencapaiannya diambil oleh orang lain, perasaan tersaingi bisa merusak hubungan antar manusia. Perasaan ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat berubah menjadi perang dingin, seperti contoh yang banyak terjadi di masyarakat kita saat ini. 

Ada seorang ibu yang menjual make up dan makanan di suatu kampung. Usahanya cukup sukses, dan banyak orang yang menjadi pelanggannya. Namun, ketika tetangganya memutuskan untuk menjual produk yang sama, timbullah kebencian di antara mereka. Kedua ibu itu tidak lagi saling bertegur sapa. 

Kasus serupa juga terjadi pada penjual nasi campuran dan gado-gado, serta di dunia pendidikan, di mana sekolah yang dulu maju dan diminati masyarakat, kemudian merasa tersaingi ketika muncul sekolah lain yang menawarkan pendidikan serupa. Konflik-konflik semacam ini menunjukkan betapa sulitnya manusia mengendalikan perasaan saat merasa diambil apa yang ada di tangan mereka. 

Dalam Islam, kita diajarkan untuk zuhud, yaitu tidak terlalu bergantung pada dunia dan berpaling dari apa yang dimiliki orang lain. Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sama sekali, tetapi tidak terikat dengannya hingga menimbulkan permusuhan dengan orang lain. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ 

" Dan zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia (berpalinglah dari dunia yang mereka miliki), manusia pun akan mencintaimu. " (HR. Ibnu Majah) 

Hadis ini mengajarkan kita agar tidak terlalu fokus pada apa yang ada di tangan orang lain. Saat kita tidak mencoba mengambil apa yang dimiliki orang lain, kita akan dihormati dan disukai oleh mereka. 

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah juga memberikan nasihat yang serupa: 

"Manusia akan selalu memuliakanmu selama engkau tidak mengambil apa-apa yang ada di tangan mereka. Jika engkau melakukan hal itu, maka mereka akan merendahkan dirimu, membencimu, dan tidak suka berbicara denganmu." (Hilyatul Auliya', III/20) 

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, jika kita melihat tetangga atau sahabat memiliki usaha yang sukses, lebih baik kita mencari peluang usaha yang berbeda. Ini bukan hanya untuk menghindari persaingan yang tidak sehat, tetapi juga untuk menjaga kedamaian dan ukhuwah di antara kita. 

Sikap zuhud yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat meminimalisir munculnya rasa iri dan kebencian. Misalnya, jika tetangga kita menjual make up, kita bisa memilih usaha yang berbeda, seperti menjual makanan. Atau jika ada teman yang sudah membuka sekolah, kita bisa mencari peluang lain, seperti membuka rumah tahfidz atau usaha yang lain yang tidak menjadi saingan langsung. 

Dengan cara ini, kita bisa mengurangi potensi perselisihan dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Lebih dari itu, sikap ini akan membawa kita pada kedamaian hati dan menjauhkan diri dari kebencian. 

Dalam Islam, memang, persaingan tidak dilarang. Bahkan dalam beberapa hal, persaingan bisa menjadi motivasi untuk lebih baik, seperti dalam hal kebaikan dan ibadah. Allah Ta'ala berfirman: 

وَفِيْ ذٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنٰفِسُوْنَۗ 

"Dan untuk yang demikian itu hendaklah orang berlomba-lomba." (QS. Al-Mutaffifin: 26) 

Namun, dalam persaingan, akhlak mulia harus tetap dijaga. Jangan sampai karena ambisi dan keinginan untuk mendapatkan keuntungan lebih, kita mengabaikan nilai-nilai ukhuwah dan menimbulkan kebencian di antara sesama. 

Seorang Muslim seharusnya selalu mengedepankan sikap lapang dada dan kasih sayang terhadap sesama, baik dalam hal duniawi maupun dalam ibadah. Ketika ada orang lain yang memiliki usaha atau prestasi lebih baik, kita perlu belajar untuk ridho dan senang melihat orang lain mendapatkan kebaikan. Dengan demikian, tidak akan ada perasaan dengki atau kebencian. 

Memiliki usaha dan bersaing dalam dunia bisnis adalah hal yang wajar. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah cara kita bersikap dalam persaingan tersebut. Jangan sampai kita mengambil atau menyaingi apa yang ada di tangan orang lain dengan cara yang menimbulkan permusuhan. Sebaliknya, kita diajarkan untuk zuhud, berpaling dari apa yang dimiliki orang lain, agar terjaga kehormatan dan hubungan baik dengan sesama. 

Semoga Allah Ta'ala memberikan kita kekuatan untuk selalu menjaga hati, menjauhi sifat iri dan dengki, serta menjadikan kita hamba yang mencintai perdamaian. Aamiin. 

Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store 

admin
Admin