My Blog

  • 10-03-2025

Jangan Jadikan Nikmat Allah Untuk Berbuat Keburukan

Nahwu Wadhih -  Setiap manusia diberikan banyak nikmat oleh Allah ﷻ. Namun, sayangnya, tidak sedikit yang justru membalas nikmat itu dengan perbuatan maksiat dan keburukan. Mereka lupa bahwa semua yang mereka miliki adalah anugerah dari Allah, dan seharusnya digunakan untuk ketaatan, bukan malah menjadi alat bermaksiat kepada-Nya. 

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: 

"Sesungguhnya orang yang mulia tidak akan membalas Dzat yang telah berbuat baik kepadanya dengan keburukan. Yang melakukan hal itu hanyalah seburuk-buruk manusia. Oleh sebab itu, merenungi kebaikan dan nikmat Allah akan menghalangi dirinya untuk bermaksiat kepada-Nya. Dia malu jika kebaikan dan nikmat Allah turun kepadanya, namun di saat yang sama pelanggaran, kemaksiatan, dan keburukannya naik ke hadapan Rabbnya. Renungkanlah... ketika malaikat turun kepadanya dengan membawa nikmat-nikmat untuknya, lalu malaikat lain naik dengan membawa dosa-dosanya, betapa buruknya balasan yang dia berikan." 
(‘Uddatush Shobirin, hlm. 102) 

Salah satu keburukan yang sering tidak disadari oleh manusia adalah sifat dzul-wajhain, yaitu memiliki dua wajah. Sifat ini adalah bentuk kemunafikan, di mana seseorang menunjukkan wajah yang baik di satu kelompok, tetapi menunjukkan wajah lain di kelompok yang berbeda. 

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ ذُو الوَجْهَيْنِ، الذي يَأْتي هَؤُلَاءِ بوَجْهٍ، وهَؤُلَاءِ بوَجْهٍ 

"Seburuk-buruk manusia adalah orang yang bermuka dua, yaitu orang yang ketika di tengah sekelompok orang, ia menampakkan suatu wajah, namun di tengah sekelompok orang lain, ia menampakkan wajah yang lain." 
(HR. Bukhari no. 7179, Muslim no. 2526) 

Bahkan, Rasulullah ﷺ mengancam orang yang memiliki sifat ini dengan azab yang sangat pedih di akhirat: 

مَنْ كان لهُ وجْهانِ في الدنيا كان لهُ يومَ القيامةِ لِسانانِ من نارٍ 

"Siapa yang memiliki dua wajah di dunia, ia akan memiliki dua lidah dari api di akhirat." 
(HR. Abu Daud no. 4873, Shahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 892) 

Rasulullah ﷺ juga melarang untuk mempercayai orang yang memiliki dua wajah: 

لا ينبَغِي لذِي الوَجهينِ أنْ يكونَ أَمينًا 

"Orang yang memiliki dua wajah sebaiknya tidak dipercayai." 
(HR. Bukhari, Al-Adabul Mufrad no. 238) 

Sifat dzul-wajhain ini sering kali berujung pada namimah (adu domba), yaitu memecah belah orang lain dengan menyampaikan informasi yang tidak benar atau membesar-besarkan suatu permasalahan. 

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

تَجِدُ مِن شِرارِ النَّاسِ يَومَ القِيامةِ، الَّذي يأتي هؤلاء بِحَديثِ هؤلاء، وهؤلاء بِحَديثِ هؤلاء 

"Engkau akan dapati seburuk-buruk manusia di hari kiamat adalah yang datang kepada sekelompok orang dengan suatu perkataan dan datang kepada sekelompok orang lainnya dengan perkataan yang lain." 
(HR. Ahmad no. 9171) 

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata: 

وهو من جملة صورة النمام، وإنما كان ذو الوجهين أشر الناس لأن حاله حال المنافق إذ هو متملِّقٌ بالباطل وبالكذب من مدخل للفساد بين الناس 

"Dzul-wajhain mencakup juga orang yang melakukan adu domba. Dzul-wajhain menjadi orang yang terburuk karena keadaannya sama dengan orang munafik. Karena ia menyelipkan kebatilan dan kedustaan untuk merusak manusia." 
(Fathul Bari, 10: 475) 

Allah telah memberi kita banyak nikmat. Jangan sampai kita membalas nikmat tersebut dengan bermaksiat kepada-Nya. Sebaliknya, kita harus bersyukur dengan menggunakan nikmat tersebut untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan. 

Sebagaimana firman Allah ﷻ: 

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُو۟لَٰئِكَ هُمُ الْفَٰسِقُونَ 

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik." 
(QS. Al-Hasyr: 19) 

Jangan balas kebaikan Allah dengan keburukan, melainkan renungkan bagaimana nikmat-Nya terus mengalir sementara maksiat kita naik ke hadapan-Nya, jauhi sifat bermuka dua yang merupakan ciri orang munafik yang diancam dengan azab pedih di akhirat, hindari namimah (adu domba) yang menjadi sumber perpecahan dan keburukan dalam masyarakat, dan gunakanlah nikmat Allah untuk kebaikan sebagai bentuk syukur kita kepada-Nya. 

Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang selalu bersyukur dan menjauhi segala keburukan. Aamiin. 

Wallahu a’lam bish-shawab. 

Toko grosir kitab online - Nahwu Wadhih  - Fikar Store     

admin
Admin