Nahwu Wadhih - Islam adalah agama yang penuh dengan kemudahan. Allah Ta'ala telah menurunkan Islam sebagai pedoman hidup yang sesuai dengan fitrah manusia, tidak memberatkan, dan penuh dengan rahmat. Namun, meskipun Islam itu mudah, ia bukanlah agama yang boleh dimudah-mudahkan, diubah sesuai keinginan hawa nafsu atau disesuaikan dengan pendapat pribadi tanpa dasar.
Saudara-saudara seiman sekalian, Islam menolak segala bentuk penyimpangan dari jalan yang lurus. Dalam sejarah, kita melihat beberapa golongan yang menyimpang baik dengan terlalu ekstrem maupun terlalu longgar dalam memahami agama ini. Islam mengajarkan keseimbangan, tidak berat ke satu sisi tanpa mempertimbangkan aspek lain yang telah diatur dengan bijak oleh syariat.
Islam dan Ekstremisme,
Islam sangat melarang kekerasan yang seperti dilakukan oleh kaum Khawarij, golongan yang mengambil pemahaman agama secara kaku dan berlebihan, menerima sebagian nas-nas (dari Al-Quran maupun As-sunnah) dan menolak sebagian lainnya. Mereka mengabaikan prinsip-prinsip rahmat dan keadilan yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan memilih jalur kekerasan untuk mencapai tujuan mereka. Kekerasan bukanlah bagian dari Islam yang lurus, melainkan merupakan penyimpangan dari ajaran yang penuh dengan kasih sayang.
Demikian juga, Islam melarang dengan tegas tata cara ibadah yang berlebih-lebihan dan sulit seperti yang dilakukan oleh kaum ekstrem ahlul hawa. Mereka memperkenalkan bentuk-bentuk ibadah yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, dan hal ini justru membuat citra Islam menjadi buruk di mata dunia. Islam adalah agama yang mengajarkan ibadah yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah, tidak melebih-lebihkan atau menambah-nambahkan apa yang tidak diajarkan.
Islam dan Fleksibilitas yang Berlebihan,
Di sisi lain, Islam juga menolak fleksibilitas tanpa batas yang diusung oleh kaum liberal. Mereka cenderung membuat ajaran Islam menjadi longgar hingga menghilangkan esensi dan kemurnian sebagian bahkan sepenuhnya ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Nilai-nilai Islam dilonggarkan sehingga hilang batasan antara yang halal dan haram, antara yang benar dan salah. Padahal, Allah telah memberikan syariat yang tegas dalam mengatur kehidupan manusia.
Begitu pula dengan sekularisme, sebuah paham yang mencoba memisahkan agama dari aspek kehidupan dunia. Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, baik spiritual maupun sosial, ekonomi, hingga politik. Memisahkan agama dari kehidupan dunia sama dengan mengingkari ajaran Islam secara keseluruhan.
Ketahuilah bahwasanya Islam itu Sesuai dengan Akal Sehat,
Islam adalah agama yang sesuai dengan akal sehat. Namun, perlu diingat, Islam bukanlah agama yang diakal-akalin atau diubah sesuai dengan logika manusia semata. Apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan adalah yang terbaik, meskipun kadang akal kita tidak dapat memahaminya atau menerimanya secara penuh. Akal manusia memiliki keterbatasan, dan tidak semua hal bisa dijangkau oleh akal.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Asy-Syafi'i rahimahullah:
"Aku beriman kepada Allah dan apa yang datang dari Allah sesuai dengan kehendak Allah, dan aku beriman kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa yang dibawa oleh beliau sesuai dengan kehendak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Islam Menenangkan Jiwa, Bukanlah Dikendalikan oleh Perasaan
Islam juga adalah agama yang menenangkan perasaan pemeluknya. Namun, ini tidak berarti bahwa perasaan seseorang dapat mengendalikan ajaran Islam. Banyak golongan yang berusaha menjadikan perasaan mereka sebagai tolok ukur dalam memahami agama, mulai dari kaum ahlul hawa yang tenggelam dalam perasaan, hingga para artis atau seniman yang menjadikan perasaan sebagai dasar tindakan mereka. Islam bukan agama yang tunduk pada perasaan manusia, melainkan agama yang tunduk pada kehendak Allah dan Rasul-Nya.
Demikian, Islam yang benar adalah Islam yang sesuai dengan kehendak Allah dan apa yang diajarkan dari Rasul-Nya, bukan yang diubah-ubah berdasarkan keinginan atau perasaan manusia. Sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dalam agama.
Semoga kita semua dimampukan oleh Allah Ta'ala untuk mengikuti ajaran Islam yang lurus, sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Aamiin.
Kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store