Al-arabiyah linnasyiin - Dalam perjalanan spiritual dan kehidupan sehari-hari, penting bagi kita untuk melakukan introspeksi diri sebelum menilai orang lain. Fudhail bin Iyyadh, seorang ulama besar, mengingatkan kita tentang pentingnya kesadaran diri dan bahaya penipuan diri sendiri dengan perkataannya yang penuh hikmah:
“Wahai jiwa yang hina…! Engkau terus berbuat keburukan, namun menganggap dirimu sebagai orang yang berbuat kebaikan. Engkau seorang yang bodoh, namun menganggap dirimu sebagai seorang yang berilmu. Engkau pelit, namun menganggap dirimu sebagai orang yang mulia. Engkau dungu, namun menganggap dirimu sebagai orang yang berakal. Ajalmu sudah dekat, namun angan-anganmu sangatlah panjang.”
Komentar Al-Imam adz-Dzahabi menambahkan dimensi lain pada introspeksi ini:
“Demi Allah, benarlah yang beliau sebutkan, Engkau seorang yang zholim, namun menganggap dirimu yang dizholimi. Engkau makan dari yang haram, namun menganggap dirimu seorang yang waro’ (bersikap hati-hati). Engkau seorang yang melampaui batas, namun menganggap dirimu seorang yang adil. Engkau mempelajari ilmu agama untuk meraih keuntungan dunia, namun menganggapnya untuk mencari ridho Allah.”
Pesan yang disampaikan oleh kedua ulama ini sangat jelas: kita sering kali terjebak dalam persepsi diri yang salah. Kita mungkin berpikir bahwa kita adalah orang yang baik, berilmu, murah hati, dan adil, padahal kenyataannya bisa jadi sebaliknya. Kita mungkin tidak menyadari bahwa tindakan dan niat kita tidak selaras dengan nilai-nilai yang kita klaim miliki. Allah azza wa jalla berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasr: 18)
Maka hisablah dirimu semua sebelum engkau dihisab. Dan timbanglah dirimu sebelum engkau ditimbang. Karena introspeksimu akan lebih mudah jika engkau evaluasi dirimu saat ini. Dan, sucikan dirimu (dengan pertaubatan), hiaslah dirimu (dengan amal shalih) untuk pertemuan di yaumul hisab kelak. Dan jangan lupa di hari akan ditampakkan semua dari (hasil) perbuatanmu dan tidak ada yang tersembunyi.
Introspeksi diri adalah proses yang memungkinkan kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri, mengakui kekurangan dan kesalahan kita, dan berusaha untuk memperbaikinya. Ini adalah langkah pertama untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam Islam, konsep muhasabah atau introspeksi diri sangat ditekankan. Ini adalah praktik yang harus dilakukan secara rutin untuk memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam kesombongan atau penipuan diri. Muhasabah membantu kita untuk tetap rendah hati, memperbaiki kesalahan, dan meningkatkan kualitas ibadah serta interaksi kita dengan sesama.
Mari kita ambil waktu untuk merenung dan memeriksa diri kita sendiri. Apakah kita benar-benar berbuat baik atau hanya berpura-pura? Apakah ilmu yang kita miliki digunakan untuk kebaikan atau hanya untuk pamer? Apakah kita benar-benar berlaku adil atau hanya mencari keuntungan pribadi?
Dengan introspeksi diri yang jujur, kita dapat menghindari jebakan kesombongan dan penipuan diri, dan bergerak menuju kehidupan yang lebih bermakna dan berkah. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Amin.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store