My Blog

  • 17-07-2024

Ikutilah Kebenaran, Bukan Mengikuti Orang.

Nahwu Wadhih -  Dalam menjalani kehidupan beragama, sebagai seorang muslim yang mengaku beriman, setiap Muslim diharuskan untuk selalu mengikuti kebenaran yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Kebenaran ini adalah petunjuk yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang harus dipegang teguh meskipun terkadang terasa asing atau sedikit pengikutnya. 

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizahullah, seorang ulama senior di Kerajaan Saudi Arabia, berkata: 

Jika mereka tidak berada di atas kebenaran, maka kami tidak mengikuti mereka, walau mereka itu manusia yang terbaik.” (Syarh Al-Manzhumah Al-Haiah, hlm. 54) 

Pernyataan ini menegaskan bahwa kebenaran harus menjadi patokan utama dalam setiap tindakan dan keputusan kita, bukan semata-mata mengikuti orang, meskipun mereka adalah orang-orang yang kita hormati. 

Sesungguhnya sahabat Ibnu Mas’ud menyatakan, 

Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” (Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah 160 dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/322/13) 

Pernyataan ini menunjukkan bahwa kebenaran tidak ditentukan oleh jumlah pengikut, tetapi oleh kesesuaiannya dengan ajaran Islam yang murni. 

Sebagian ulama salaf menyatakan: 

Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang kan binasa.” (Madarijus Salikin, 1:22) 

Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni sering kali dianggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits: 

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ « الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ 

Dari ‘Abdurrahman bin Sannah. Ia menyampaikan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ghuroba’, “Mereka memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho’if. Namun ada hadits dengan lafadz lain dari riwayat Ahmad 1: 184 dari Sa’ad bin Abi Waqqosh dengan sanad jayyid) 

 

« طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ » 

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Beruntunglah orang-orang yang asing.” “Lalu siapa orang yang asing wahai Rasulullah”, tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang sholih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya.” (HR. Ahmad 2: 177. Hadits ini hasan lighoirihi, berdasarkan penilaian Syaikh Syu’aib Al Arnauth) 

Mengikuti kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim, meskipun terkadang terasa asing dan sedikit pengikutnya. Kebenaran ini adalah ajaran yang dianut oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabat, yang jauh dari syirik dan bid’ah. Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang selalu teguh tegak di atas kebenaran, walau sendirian. 

Kitab Nahwu Wadhih  - Fikar Store    

admin
Admin