Arabiyah linnasyiin - Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, karena dengan ilmu kita dapat mengenal Allah, syariat-Nya, dan segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat. Namun, menuntut ilmu tidak cukup hanya dengan belajar, membaca, dan menghafal, tetapi juga harus disertai dengan adab-adab yang sesuai dengan ajaran Islam. Sebaliknya, ada beberapa hal yang harus dihindari oleh seorang penuntut ilmu, karena hal-hal tersebut dapat merusak ilmu, hati, dan amalnya. Berikut adalah beberapa hal yang tidak boleh ada pada seorang penuntut ilmu jika ingin ilmunya berkah dan bermanfaat.
Hasad, yaitu membenci apa yang Allah karuniakan atas seorang hamba, seperti ilmu, harta, kedudukan, atau kelebihan lainnya. Hasad adalah penyakit hati yang dapat menghancurkan ilmu dan amal seseorang, karena ia akan merasa iri, dengki, dan berharap agar nikmat tersebut hilang dari orang yang di beri nikmat oleh Allah ta’ala. Hasad juga dapat menyebabkan seseorang berbuat zhalim, berdusta, dan berkhianat kepada orang yang dikhasadinya. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus bersihkan hatinya dari hasad, dan bersyukur atas apa yang Allah berikan kepadanya, serta menghormati dan menghargai orang yang lebih berilmu darinya.
Riya, yaitu menampakkan amal ibadah atau ilmu di hadapan manusia agar dipuji, dihormati, atau mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Riya adalah bentuk syirik kecil yang dapat menghapus pahala amal seseorang, karena ia tidak ikhlas dalam beribadah atau menuntut ilmu. Riya juga dapat menyebabkan seseorang sombong, takabur, dan meremehkan orang lain. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus niatkan ilmunya hanya untuk Allah, dan tidak peduli dengan pandangan atau pujian manusia, serta rendah hati dan tawadhu.
Takabur atau merasa lebih tinggi, lebih baik, atau lebih berhak daripada orang lain. Takabur adalah sifat yang dibenci Allah, karena ia menyalahi fitrah manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang lemah dan membutuhkan. Takabur juga dapat menyebabkan seseorang tidak mau menerima nasihat, kritik, atau teguran dari orang lain, bahkan dari gurunya sendiri. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus sadar akan kekurangan dan kelemahannya, dan selalu berusaha untuk meningkatkan ilmu dan amalnya, serta mau mendengar dan mengikuti kebenaran.
Sombong, yaitu merasa cukup dengan ilmu yang telah dimiliki, tidak mau belajar lagi atau menambah ilmunya dan tidak mau menerima nasihat. Sombong adalah sifat yang dapat menghambat kemajuan ilmu seseorang, karena ia akan merasa puas dan bangga dengan apa yang telah ia ketahui, dan tidak mau mengakui kebenaran yang datang dari orang lain. Sombong juga dapat menyebabkan seseorang menjadi dangkal ilmunya, dan mudah terjebak dalam kesalahan atau kebid’ahan. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus selalu haus akan ilmu, dan tidak pernah merasa alim atau pandai, serta terus belajar dan mengkaji ilmu dari berbagai sumber yang shahih.
Tidak mengamalkan ilmu, dengan kata lain mengetahui ilmu tetapi tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, atau tidak mengajarkannya kepada orang lain. Tidak mengamalkan ilmu adalah perbuatan yang sia-sia, karena ilmu tanpa amal adalah seperti pohon tanpa buah, atau seperti beban yang berat bagi pemiliknya. Tidak mengamalkan ilmu juga dapat menyebabkan seseorang menjadi lalai, hipokrit, atau munafik. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus menjadikan ilmunya sebagai pedoman dan motivasi untuk beramal shalih, dan menyebarkan ilmunya kepada orang lain dengan cara yang baik dan bijak.
Menuntut ilmu adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan menggapai ridha-Nya. Namun, ilmu yang kita peroleh haruslah ilmu yang berasal dari sumber yang benar, dan sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah yang berpemahaman otentik dari salafusshaslih, yaitu zaman para sahabat yang secara langsung mengambil ilmu dari nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam. Di lain sisi, ilmu yang kita tempuh pastikanlah ilmu yang bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih ilmu yang kita pelajari, dan tidak mudah terpengaruh oleh ilmu yang sesat, menyesatkan, atau tidak berguna.
Demikian, ilmu yang kita dapatkan haruslah ilmu yang berkah, yaitu ilmu yang dapat membawa kita kepada kebaikan, dan menjauhkan kita dari keburukan. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang dapat meningkatkan iman, taqwa, dan akhlak kita, dan dapat menginspirasi kita untuk berbuat amal shalih. Ilmu yang berkah juga adalah ilmu yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain, dan dapat menyebarluaskan kebenaran dan kebaikan. Jadi, menuntut ilmu harus totalitas, tidak boleh setengah-setengah dan menjauhi segala hal yang dapat mengurangi dan menghilangkan keberkahan ilmu.
Semoga yang kita bahas kali ini dapat menjadi bahan renungan dan introspeksi bagi kita semua, khususnya para penuntut ilmu. Mari kita bersama-sama berusaha untuk membersihkan hati kita dari hasad, riya, takabur, sombong, dan tidak mengamalkan ilmu, dan menggantinya dengan sifat-sifat yang mulia, seperti syukur, ikhlas, tawadhu, rendah hati, dan mengamalkan ilmu. Semoga Allah memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan berkah, dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang berilmu, beramal, dan bertaqwa. Aamiin.
Kitab Arabiyah linnasyiin – Fikar store