Arabiyah linnasyiin - Setan tahu bahwa manusia punya kelemahan besar terhadap harta. Karena itu, ia menggoda manusia lewat celah ini: “Kalau kamu sedekah, kamu akan miskin. Kalau kamu bantu orang, hartamu akan habis.”
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat ini:
يُخَوِّفُكُمُ الْفَقْرَ، لِتُمْسِكُوا مَا بِأَيْدِيكُمْ فَلَا تُنْفِقُوهُ فِي مَرْضَاةِ اللَّهِ
"Setan menakut-nakuti kalian dengan kefakiran, agar kalian menahan harta yang ada di tangan kalian, dan tidak menginfakkannya untuk mencari ridha Allah."
Padahal Rasulullah ﷺ telah mengingatkan bahwa ujian terbesar umat ini memang terletak pada harta.
Padahal Rasulullah ﷺ telah mengingatkan bahwa ujian terbesar umat ini memang terletak pada harta.
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ
"Setiap umat memiliki ujian, dan ujian umatku adalah harta."
(HR. Bukhari)
Setan menyesatkan dengan membisikkan bahwa memberi berarti kehilangan, padahal Islam mengajarkan sebaliknya.
مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ
"Harta seorang hamba tidak akan berkurang karena sedekah."
(HR. Tirmidzi)
Sebaliknya, Allah menjanjikan sesuatu yang jauh lebih besar dari dunia dan seluruh isinya: ampunan dan keutamaan dari-Nya.
Ampunan Allah adalah keselamatan di akhirat, dan karunia-Nya meliputi keberkahan hidup, ketenangan hati, dan balasan yang tak terhingga.
Maka, ketika kita ragu untuk memberi atau takut miskin karena berderma, ingatlah: yang menghembuskan rasa takut itu adalah setan, bukan Allah.
Allah juga mengajarkan kita untuk bersyukur dengan cara melihat ke bawah, bukan ke atas. Jangan selalu melihat orang yang lebih kaya, tapi lihatlah orang yang lebih sedikit hartanya.
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
"Lihatlah orang yang berada di bawah kalian (dalam urusan dunia), dan jangan melihat yang berada di atas kalian. Karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Janji setan adalah janji palsu, penuh ketakutan dan kegelisahan. Ia ingin kita pelit, ingin kita kufur terhadap nikmat, dan menjauhkan kita dari pahala sedekah serta ridha Allah.
Sementara itu, Allah mengajak kita kepada kebaikan yang hakiki, yang berbuah ketenangan hidup dan keselamatan akhirat. Siapa pun yang memilih jalan Allah, niscaya Allah cukupkan rezekinya.
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَٱتَّقَىٰ وَصَدَّقَ بِٱلْحُسْنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلْيُسْرَىٰ
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah), bertakwa, dan membenarkan pahala terbaik (surga), maka Kami akan mudahkan baginya jalan menuju kemudahan."
(QS. Al-Lail: 5–7)
Di antara dua janji ini, Allah menyuruh kita untuk memilih dengan iman, bukan dengan hawa nafsu. Pilihan kita menunjukkan siapa yang kita percaya dan siapa yang kita ikuti.
Apakah kita akan percaya kepada janji setan yang penuh tipu daya?
Atau kita memilih janji Allah yang Maha Benar dan tidak pernah mengecewakan?
Semoga Allah memberi kita keyakinan untuk selalu berpihak kepada-Nya, memilih karunia dan ampunan-Nya, dan terhindar dari tipu daya setan yang melemahkan iman.
Aamiin
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store