Allah Ta‘ala berfirman:
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."
(QS. Al-Kahfi: 28)
Arabiyah linnasyiin - Ayat ini adalah pelajaran besar dari Allah untuk Nabi-Nya ﷺ, dan tentu juga untuk kita semua. Siapa yang layak menjadi orang-orang terdekat dalam hidup kita?
Allah menyuruh Nabi-Nya bersabar untuk terus bersama orang-orang yang senantiasa mengingat Allah, yang tidak terkenal di dunia, yang tidak bergelimang harta, tapi mereka tulus dan ikhlas dalam ibadah.
Mereka adalah:
Yang memanjatkan doa dan dzikir di pagi dan petang
Yang tidak mencari pujian manusia, tapi mencari wajah Allah
Yang sederhana dalam kehidupan dunia, namun kaya dalam iman dan taqwa
Terkadang kita merasa silau dengan perhiasan dunia: harta orang kaya, gaya hidup mewah, prestise sosial. Kita mulai berpaling dari majelis ilmu, dari sahabat-sahabat yang taat, dan mendekat ke orang-orang yang seakan “berhasil” dalam pandangan dunia, padahal mereka jauh dari dzikir dan ketaatan.
Inilah yang Allah larang dalam ayat tersebut:
وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا
"Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini."
Karena pandangan yang salah akan membentuk hati yang salah. Jika kita mulai melihat dunia dengan kagum, kita bisa terseret untuk mencintainya dan melupakan akhirat.
Jangan remehkan orang-orang miskin yang taat. Mungkin mereka tidak memiliki banyak kelebihan-kelebihan perkara duniawiw, tapi di sisi Allah mereka lebih mulia daripada ribuan orang yang lalai, meski bergelimang harta.
Sebaliknya, jika ada orang kaya tapi ia adalah hamba yang bertakwa, menjauhi yang haram, menjaga syariat, dan hidupnya penuh ketaatan, maka ia pun mulia di sisi Allah. Yang menjadi ukuran bukan kekayaan, tapi keikhlasan dan ketakwaan.
Perhatikan bagaimana ayat tersebut diakhiri dengan ancaman:
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."
Jangan jadikan mereka panutan. Hati yang lalai, hidup dalam hawa nafsu, dan menjalani hidup tanpa batasan syariat, hanya akan membawa kita semakin jauh dari Allah.
Sahabat yang baik adalah yang mengingatkanmu akan Allah, bukan dunia. Yang ketika bersamanya, imanmu meningkat, hatimu tenang, dan hidupmu terasa ringan karena selalu disiram dzikir dan nasihat.
Jangan sekali-kali meremehkan duduk bersama orang-orang miskin yang taat. Bisa jadi mereka yang tak dikenal di bumi, namun sangat dikenal di langit.
يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
"Mereka mengharap wajah-Nya (Allah)."
Itulah ciri mereka yang tulus.
Ya Allah, karuniakan kami teman-teman yang shalih, hati yang istiqamah, dan pandangan yang bersih dari kelalaian dunia. Jadikan kami termasuk orang-orang yang Engkau sebut dalam ayat ini, yang mengharap wajah-Mu semata.
Barakallahu fiikum.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store