Al-arabiyah linnasyiin - Di zaman modern ini, kemajuan teknologi menghadirkan tantangan tersendiri bagi akhlak dan adab seorang muslim. Internet dan media sosial membawa contoh perilaku yang baik, namun sayangnya tak jarang pula menampilkan akhlak yang buruk, bahkan lebih banyak. Perlahan-lahan, paparan ini mempengaruhi perilaku kita dan generasi muda. Karena itu, kita harus selalu mengevaluasi dan memperbaiki akhlak, mengingat salah satu tujuan utama diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menyempurnakan akhlak manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Al-Hakim, dishahihkan oleh adz-Dzahabi dan al-Albani)
Akhlak yang mulia bukan hanya perbuatan yang terlihat indah dari luar, tetapi adalah sifat-sifat yang tertanam dalam hati dan diwujudkan melalui perkataan dan perbuatan yang baik kepada sesama. Mari kita evaluasi apakah akhlak yang mulia ini sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, terutama ketika berhadapan dengan orang lain.
Yusuf bin Asbath menyebutkan beberapa tanda akhlak mulia yang dapat menjadi pedoman bagi kita semua:
Sedikit Berselisih: Menghindari perselisihan tanpa alasan penting adalah tanda akhlak mulia.
Bersikap Adil: Memberikan hak orang lain sebagaimana mestinya.
Tidak Mencari Kesalahan Orang Lain: Tidak sibuk mencari-cari keburukan orang lain, tetapi fokus memperbaiki diri sendiri.
Berusaha Memperbaiki Keburukan yang Tampak: Ketika melihat kekurangan, kita seharusnya berupaya memperbaiki, bukan menyebarkannya.
Memberikan Udzur kepada yang Salah: Bersikap husnudzan dan mencari alasan baik terlebih dahulu.
Sabar Menghadapi Gangguan: Bersikap tenang dan tidak mudah emosi saat menghadapi gangguan dari orang lain.
Introspeksi dan Menyalahkan Diri Sendiri (Tafakkur): Berusaha mencari hikmah dari setiap musibah dan kekurangan yang dialami.
Mengurus Aib Sendiri Tanpa Membicarakan Aib Orang Lain: Menjaga diri agar fokus memperbaiki kesalahan sendiri tanpa membicarakan kekurangan orang lain.
Wajah Ceria: Menyambut orang lain dengan wajah yang ramah dan optimis.
Lembut dalam Berbicara: Berusaha untuk selalu berbicara dengan nada yang lembut, santun, dan baik kepada siapa saja.
Kemudian, Hasan al-Bashri merangkum akhlak mulia dalam tiga prinsip utama, yaitu:
Tidak Mengganggu Orang Lain: Jika tidak bisa membantu, maka minimal jangan membuat orang lain merasa terganggu. Hal ini mencerminkan tanggung jawab sosial yang baik.
Suka Menolong: Membantu sesama merupakan investasi yang bernilai dunia-akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa Allah akan selalu membantu seorang hamba yang senantiasa menolong saudaranya. Kebaikan kecil, seperti sekadar membantu atau memberi nasihat, bisa menjadi amal yang besar di mata Allah.
Berwajah Ceria dan Optimis: Rasulullah selalu menampakkan wajah yang cerah dan penuh harapan saat bertemu dengan orang lain, memberikan perasaan bahagia dan optimis. Dengan senyum dan wajah yang ramah, kita bisa memberikan dampak positif hanya dengan sekadar hadir dan menyapa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwasanya di antara amalan yang paling banyak memasukkan kita ke dalam surga adalah takwa dan akhlak yang mulia. Beliau bersabda:
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ اَلْجَنَّةَ تَقْوى اَللَّهِ وَحُسْنُ اَلْخُلُقِ
“Yang paling banyak memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.”
(HR. At-Tirmidzi)
Maka, marilah kita senantiasa memperbaiki akhlak kita. Mulailah dari langkah kecil, seperti menjaga lisan, memaafkan, menolong, dan menjaga kerukunan dengan orang lain. Semoga Allah memperindah akhlak kita dan memberikan kita kemampuan untuk meneladani Rasulullah dalam setiap sisi kehidupan kita. Aamiin.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store