Empat Kata Kunci dalam Berislam
Kitab tashrif - Islam adalah agama yang sempurna dengan landasan yang kokoh untuk diikuti oleh setiap muslim. Dalam menjalankan agama ini, ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dan diamalkan dengan benar. Layaknya sebuah kerangka berpikir yang harus kita tanamkan dalam pikiran dan hati kita, kita sebut dengan “Empat Kata Kunci dalam Berislam, yaitu Tauhid, Al-Quran dan As-Sunnah, Sahabat, dan Sami'na wa Atha'na
1. Tauhid: Menyembah Hanya kepada Allah
Tauhid adalah pondasi utama dalam agama Islam, yaitu pengesaan Allah dalam segala hal. Pengakuan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa segala sesuatu bergantung pada-Nya merupakan inti dari tauhid. Allah adalah Zat yang Maha Mandiri, tidak membutuhkan makhluk-Nya, sementara makhluk sepenuhnya bergantung pada-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, tauhid tercermin dalam niat ikhlas saat beribadah dan beramal. Semua bentuk kebaikan, baik berupa ibadah khusus seperti shalat, puasa, maupun kebaikan terhadap sesama manusia, harus dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah. Seorang muslim yang bertauhid mengarahkan hatinya hanya kepada Allah, berharap balasan dan penerimaan dari-Nya, serta takut akan hukuman-Nya.
Selain itu, setiap muslim harus menjaga diri dan keluarga dari segala sesuatu yang mendekatkan pada kesyirikan dan kekufuran terhadap-Nya. Menjaga kemurnian tauhid adalah kewajiban yang harus selalu dipegang teguh, karena tauhid adalah dasar dari seluruh amal ibadah yang diterima oleh Allah.
2. Al-Quran dan As-Sunnah
Islam dibangun di atas dua fondasi utama: Al-Quran dan As-Sunnah. Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara As-Sunnah adalah segala sesuatu yang disampaikan, dilakukan, atau disetujui oleh Rasulullah sebagai bagian dari petunjuk hidup.
Seorang muslim yang benar harus mengimani, menerapkan, dan mengikuti segala apa yang ada di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam banyak kasus, mungkin terdapat ajaran dalam kedua sumber ini yang bertentangan dengan akal atau logika manusia. Namun, sebagai seorang muslim, kita harus meyakini bahwa akal manusia sangat terbatas. Ia tidak akan pernah bisa melampaui atau menyamai hikmah yang terkandung dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik)
Selama kita berpegang teguh pada dua sumber ini, kita akan terjaga dari kesesatan. Inilah sebabnya, seorang muslim harus selalu mendahulukan Al-Quran dan As-Sunnah di atas segala bentuk pendapat manusia, termasuk yang dianggap paling cerdas atau pintar sekalipun.
3. Mengikuti Pemahaman Para Sahabat
Hanya berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah saja tidaklah cukup. Kita juga harus memahami keduanya sesuai dengan pemahaman para sahabat Rasulullah radhiallahu 'anhum. Para sahabat adalah generasi yang terbaik, karena mereka mendapatkan bimbingan langsung dari Rasulullah. Ketika mereka berbuat salah, mereka ditegur, dan ketika mereka benar, Rasulullah memberikan apresiasi dan doa untuk mereka.
Para sahabat telah memberikan teladan dalam cara beribadah, berpakaian, beramal, dan bahkan dalam cara berpikir. Meskipun zaman telah berubah, upaya untuk mencocokkan cara hidup kita dengan mereka tetap relevan dan sangat bisa diaplikasikan.
Mengikuti pemahaman para sahabat juga membantu kita untuk membedakan antara yang sunnah dan yang bid'ah (sesuatu yang baru dalam agama yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah). Dengan demikian, kita akan lebih mudah menjalani agama ini sesuai dengan tuntunan yang benar dan terhindar dari penyimpangan yang tidak diinginkan.
4. Sami'na wa Atha'na: Kami Mendengar dan Kami Taat
Sami'na wa Atha'na, yang berarti “kami mendengar dan kami taat”, adalah prinsip kunci dalam berislam. Seorang muslim harus siap mendengar perintah Allah dan Rasul-Nya, serta melaksanakannya tanpa menunda-nunda dan tanpa mencari alasan. Dalam banyak situasi, hawa nafsu dan logika manusia mungkin bertentangan dengan perintah Allah. Namun, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya harus diutamakan di atas segala kepentingan pribadi.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:
اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili di antara mereka, ialah ucapan: ‘Kami mendengar dan kami taat.’"
(QS. An-Nur: 51)
Sebagai muslim, kita diajarkan untuk lebih mengutamakan dalil-dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah dibandingkan dengan pendapat atau pemikiran manusia, secerdas apapun mereka. Sebab, yang paling tahu tentang kebenaran mutlak adalah Allah dan Rasul-Nya. Jika kita mengimani hal ini dan menerapkannya dalam kehidupan, insyaAllah kita akan selalu berada di jalan yang benar.
Bagaimana?
Jika setelah membaca artikel ini kita bertanya, "Bagaimana?", maka jawabannya adalah: Ikutilah majelis ilmu. Dengarkanlah nasihat dan bimbingan dari para ulama, da'i, dan kyai yang senantiasa "Qalallah wa qala Rasulullah" dalam setiap perkataannya dalam majelisnya. Mereka orang-orang yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah serta mengamalkan ajaran berdasarkan pemahaman para sahabat. Setelah mempelajarinya, amalkanlah ilmu tersebut dengan ikhlas.
Demikian, mengakui dengan hati dan tindakan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, serta mengarahkan segala ibadah dan perbuatan baik hanya kepada- Nya. Memegang teguh ajaran Al-Quran dan As -Sunnah sebagai pondasi utama yang tidak bisa diukur oleh akal manusia.
Mengikuti pemahaman para sahabat yang langsung dibimbing oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, serta mengimplementasikan dalam kehidupan kita meskipun zaman telah berubah. Dan terakhir, mendengar dan menaati setiap perintah Allah di atas hawa nafsu dan logika manusia, memastikan setiap tindakan selaras dengan dalil yang telah diturunkan oleh-Nya. Dengan prinsip ini, kita dapat menjaga keaslian berislam dan menjauhkan diri dari segala bentuk penyimpangan.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store