Kitab tashrif - Mari kita simak hadist berikut:
أحدثكم حديثا فاحفظوه: إنما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلمًا فهو يتقي فيه ربه ويصِلُ فيه رحمه ويعلم لله فيه حقًّا، فهذا بأفضل المنازل، وعبد رزقه الله علمًا ولم يرزقه مالاً فهو صادق النية يقول لو أن لي مالاً لعملت بعمل فلان، فهو بنيته، فأجرهما سواء، وعبد رزقه الله مالاً ولم يرزقه علمًا فهو يخبِط في ماله بغير علم لا يتقي فيه ربه ولا يصل فيه رحمه ولا يعلم لله فيه حقا، فهذا بأخبث المنازل، وعبد لم يرزقه الله مالاً ولا علمًا فهو يقول لو أن لي مالاً لعملت فيه بعمل فلان، فهو بنيته، فوزرهما سواء
“Aku akan sampaikan kepada kalian sebuah hadis, maka ingatlah! Sesungguhnya dunia diisi oleh empat golongan orang: Seorang hamba yang dikaruniai oleh Allah harta dan ilmu. Dengan ilmu itu ia bertakwa kepada Allah, ia dapat menggunakannya untuk menyambung silaturahmi, dan ia mengetahui bahwa Allah memiliki hak padanya. Ini adalah tingkatan yang paling baik. Seorang hamba yang diberi Allah ilmu, tetapi tidak diberi harta. Namun, ia memiliki niat yang benar sambil berkata, ‘Andai saja aku memiliki harta, niscaya aku akan melakukan amalan seperti si Fulan.’ Maka, ia (mendapatkan pahala) berdasarkan apa yang dia niatkan. Sehingga keduanya mendapatkan pahala yang sama. Seorang hamba yang diberikan harta, tetapi Allah tidak memberikannya ilmu. Ia menggunakan hartanya tanpa ilmu. Ia tidak menggunakan hartanya dalam takwa kepada Allah, ia tidak menggunakan untuk menyambung silaturahmi, dan ia juga tidak tahu bahwa Allah memiliki hak atas hartanya. Dan inilah tingkatan terburuk. Seorang hamba yang tidak diberikan Allah harta maupun ilmu, namun ia berkata, ‘Andai aku memiliki harta, tentu aku akan melakukan apa yang dilakukan Fulan.’ Maka, ia berdasarkan niatnya. Sehingga bagi keduanya, mendapatkan dosa yang sama.” (HR. Tirmidzi no. 2325 dan Ahmad no. 18031)
Dari hadist diatas kita dapat pelajaran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan bahwa dunia ini terbagi untuk empat golongan manusia. Keempat golongan ini mencerminkan bagaimana peran harta dan ilmu dapat membentuk kualitas seseorang di hadapan Allah. Mari kita pelajari keempat golongan ini, serta hikmah yang dapat kita petik dari hadits tersebut.
Golongan pertama adalah orang yang diberikan ilmu dan harta oleh Allah, lalu ia memanfaatkan keduanya dengan baik. Dia bertakwa kepada Allah, menggunakan hartanya untuk menyambung silaturahim, dan memahami hak Allah atas hartanya. Orang ini adalah yang paling utama di sisi Allah karena ia mampu mengintegrasikan antara pengetahuan dan kekayaan dengan nilai ketakwaan.
Orang dalam golongan ini tidak hanya menggunakan hartanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga untuk kemaslahatan orang lain. Ia sadar bahwa hartanya adalah titipan Allah dan ada hak-hak yang harus dipenuhi, seperti zakat, infak, dan membantu keluarga serta orang yang membutuhkan. Dengan bertindak demikian, ia menunjukkan pemahaman bahwa setiap nikmat yang diperoleh harus dimanfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Golongan ini seharusnya menjadi teladan bagi kita dalam mengelola nikmat yang telah diberikan oleh Allah.
Golongan kedua adalah orang yang diberikan ilmu tetapi tidak memiliki harta. Meskipun demikian, ia memiliki niat yang baik. Dia berkata, "Andai aku punya harta, aku akan beramal seperti si polan yang memanfaatkan hartanya untuk kebaikan." Karena niat baiknya, Allah memberikan pahala yang sama dengan orang yang pertama. Ini adalah bentuk kemurahan Allah yang tidak terbatas pada kemampuan materi, melainkan juga mengapresiasi niat ikhlas seseorang.
Pesan dari golongan ini adalah pentingnya memiliki niat baik, meskipun kita mungkin belum memiliki kesempatan untuk berbuat. Allah adalah Maha Mengetahui dan Maha Adil, sehingga setiap niat tulus akan dihargai setara dengan amal perbuatan. Golongan ini mengajarkan kita bahwa ketulusan niat bisa membawa pahala yang besar, bahkan meski kita belum mampu merealisasikannya. Tidak perlu menunggu kaya untuk berbuat baik, karena yang utama adalah hati yang ikhlas dan keinginan kuat untuk melakukan kebaikan.
Golongan ketiga adalah orang yang diberikan harta tetapi tidak diberikan ilmu. Orang ini menghabiskan hartanya tanpa ketakwaan, tidak menyambung silaturahim, dan tidak mengetahui hak Allah pada hartanya. Orang ini kedudukannya adalah yang paling buruk di sisi Allah karena ia tidak memahami tanggung jawab yang datang bersama kekayaannya.
Harta tanpa ilmu akan menjadi fitnah bagi pemiliknya. Orang dalam golongan ini menggunakan kekayaannya untuk kesenangan pribadi tanpa peduli dengan kewajibannya kepada Allah maupun orang lain. Tidak adanya ilmu membuat ia tidak sadar bahwa harta tersebut seharusnya digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, membantu sesama, dan memenuhi hak-hak yang ada di dalamnya. Dari golongan ini, kita bisa belajar bahwa kekayaan adalah ujian, dan tanpa ilmu serta ketakwaan, seseorang bisa dengan mudah terjerumus dalam penyalahgunaan nikmat yang berakibat buruk bagi dirinya sendiri.
Golongan keempat adalah orang yang tidak diberikan harta dan ilmu. Meskipun demikian, ia berkata, "Andai aku punya harta, aku akan melakukan seperti si polan (yang menghabiskan hartanya dengan cara yang buruk)." Karena niat buruknya, ia akan mendapatkan dosa yang sama dengan orang ketiga. Ini adalah peringatan bagi kita semua bahwa meskipun seseorang tidak memiliki kemampuan untuk berbuat buruk secara nyata, niat jahat yang dimiliki tetap diperhitungkan sebagai dosa.
Golongan ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hati dan niat kita. Bahkan tanpa tindakan nyata, niat buruk dapat berujung pada dosa di sisi Allah. Kita harus berusaha menjaga hati dari iri hati, kecemburuan, dan keinginan untuk melakukan hal yang buruk. Rasulullah mengingatkan kita untuk selalu memperbaiki niat kita agar terhindar dari azab yang disebabkan oleh niat jahat, meskipun perbuatan itu belum pernah dilakukan.
Hadits ini mengandung banyak pelajaran berharga tentang bagaimana kita memandang harta dan ilmu serta bagaimana kita memanfaatkan keduanya untuk mencapai ridha Allah. Berikut beberapa hikmah yang bisa kita ambil:
- Setiap amal baik dimulai dari niat yang benar. Bahkan jika kita belum mampu melakukannya, niat baik sudah cukup untuk mendapatkan pahala. Begitu pula sebaliknya, niat buruk bisa menyebabkan dosa meskipun belum terealisasi.
- Harta yang dimiliki seseorang hanya akan membawa manfaat jika didasari oleh ilmu dan ketakwaan. Tanpa ilmu, harta bisa menjadi sumber kehancuran. Oleh karena itu, sebaiknya kita selalu berupaya mencari ilmu agar bisa memanfaatkan segala nikmat yang Allah berikan dengan bijak.
- Harta yang tidak digunakan untuk kebaikan hanya akan menjadi sumber kesia-siaan dan dosa. Seorang Muslim harus memahami bahwa setiap nikmat yang diberikan, baik berupa ilmu maupun harta, adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
- Maka kita harus menjaga hati agar tidak memiliki keinginan atau niat buruk, karena bahkan niat yang tidak dilaksanakan bisa berakibat buruk di akhirat kelak. Kita harus selalu mengingat bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati kita.
Hadits tentang empat golongan ini mengajarkan kepada kita bahwa dunia dan segala isinya adalah ujian bagi manusia. Setiap orang diberi ujian yang berbeda-beda, ada yang diuji dengan harta, ada yang diuji dengan ilmu, atau bahkan dengan ketiadaan keduanya. Namun, yang membedakan derajat seseorang di sisi Allah adalah bagaimana ia memanfaatkan setiap nikmat atau menghadapi kekurangan yang diberikan kepadanya.
Marilah kita termasuk golongan yang pertama atau setidaknya golongan yang kedua—yakni orang-orang yang memiliki niat baik, berilmu, dan mampu menggunakan setiap nikmat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Semoga kita senantiasa dijauhkan dari golongan ketiga dan keempat, yang menghabiskan hidupnya dalam keburukan dan kesia-siaan. Semoga Allah memberikan kita taufik dan hidayah untuk selalu berada di jalan-Nya, menjadikan kita hamba yang bersyukur dan bertanggung jawab terhadap setiap amanah yang diberikan.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store