My Blog

  • 05-02-2025

Ciri Khas Lisan Orang Berakal dan Orang Bodoh

Nahwu Wadhih -  Lisan adalah anugerah Allah yang dapat menjadi sumber kebaikan atau justru mendatangkan kebinasaan. Orang yang berakal selalu berpikir sebelum berbicara, sedangkan orang bodoh berbicara tanpa pertimbangan. 

Al-Hasan Al-Bashri berkata: 

"Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Ketika ia hendak berbicara, ia berpikir terlebih dahulu. Jika ucapannya bermanfaat baginya, ia mengucapkannya. Tetapi jika membahayakan dirinya, ia memilih diam. Sebaliknya, hati orang bodoh berada di belakang lisannya. Jika ia hendak berbicara, ia langsung mengucapkannya, baik itu bermanfaat maupun merugikan dirinya." 

Betapa bijaknya ucapan ini! Seseorang yang berakal tidak akan sembarangan mengeluarkan kata-kata. Ia menyaring setiap ucapan dengan pertimbangan manfaat dan mudaratnya. Namun, sebaliknya, orang bodoh berbicara tanpa berpikir, hingga seringkali kata-katanya justru merugikan dirinya sendiri. 

Rasulullah ﷺ mengingatkan dalam sebuah hadis: 

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ. 

“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah kalimat tanpa berpikir terlebih dahulu, lalu dengan sebab itu ia terjerumus ke dalam neraka, lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” 

(HR. Bukhari dan Muslim) 

Subhanallah! Hanya satu kalimat yang diucapkan tanpa berpikir, bisa menjadi sebab seseorang masuk ke dalam neraka. 

Ucapan yang paling berbahaya adalah perkataan yang menyekutukan Allah, menentang ketetapan-Nya, atau mencela takdir-Nya. Allah ﷻ berfirman: 

وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ 

"Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barang siapa yang ridha (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya, dan barang siapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya." 

(HR. At-Tirmidzi no. 2396) 

Selain itu, ucapan yang menuduh atau mencemarkan nama baik orang lain juga memiliki dampak yang berat. Allah ﷻ berfirman: 

إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ 

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang terhormat, yang lengah, dan beriman, mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” 

(QS. An-Nur: 23) 

Tuduhan palsu, terutama dalam perkara kehormatan, adalah dosa besar yang mengundang laknat di dunia dan akhirat. 

llah ﷻ telah memberikan kita akal agar kita menggunakannya dalam bertutur kata. Seorang mukmin sejati selalu menjaga lisannya dan berpikir sebelum berbicara. Rasulullah ﷺ bersabda: 

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ 

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." 

(HR. Bukhari dan Muslim) 

Maka, sebelum berbicara, tanyakanlah pada diri sendiri: 

✔️ Apakah ini bermanfaat? 

✔️ Apakah ini akan menyakiti orang lain? 

✔️ Apakah ini akan membawa kebaikan atau justru membawa dosa? 

Jika ragu, maka diam adalah pilihan terbaik. Sebab, setiap kata yang kita ucapkan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ﷻ kelak. 

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ 

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” 

(QS. Qaaf: 18) 

Semoga Allah membimbing kita agar senantiasa menjaga lisan dan menggunakannya untuk kebaikan. Wallahu a’lam bish-shawab. 

Toko grosir kitab online - Nahwu Wadhih  - Fikar Store   

admin
Admin