Kitab tashrif - Dalam ajaran Islam, akhlak merupakan salah satu fondasi utama yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad). Ini menunjukkan betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan seorang muslim. Sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah, tidak cukup bagi kita hanya memahami tauhid dan aqidah, tetapi kita juga harus mencontoh perilaku mulia yang telah dicontohkan oleh generasi Salafus Shalih.
Salafus Shalih, yang terdiri dari generasi para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in, adalah generasi terbaik umat Islam. Mereka tidak hanya memelihara keimanan dan ibadah mereka, tetapi juga mempraktikkan akhlak yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip akhlak ini juga menjadi bagian penting dari aqidah mereka. Berikut adalah beberapa sifat utama akhlak Salafus Shalih yang perlu kita teladani.
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah tanggung jawab setiap muslim. Allah azza wa jalla berfirman yang artinya, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran: 110). Prinsip ini tidak hanya dilakukan dengan tindakan fisik, tetapi juga dengan kata-kata yang baik dan sikap yang penuh hikmah. Seorang muslim harus mampu menjaga keseimbangan antara tegas dalam menegakkan kebaikan dan lembut dalam penyampaiannya.
Kemudian sabar adalah kunci utama dalam menjalani dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar. Kesulitan dan rintangan adalah bagian yang tidak bisa dihindari, namun Salafus Shalih selalu bersabar dan terus berusaha. Mereka paham bahwa keberhasilan dakwah tidak datang secara instan, tetapi melalui proses panjang yang penuh kesabaran. Allah ta’ala berfirman yang artinya, "Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu." (QS. Luqman: 17).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah selalu berusaha untuk menjaga persatuan di kalangan kaum muslimin. Mereka sadar bahwa perselisihan adalah pintu menuju perpecahan dan melemahkan kekuatan umat. Oleh karena itu, segala tindakan yang dapat memecah belah harus dihindari, dan setiap usaha untuk menyatukan hati kaum muslimin harus selalu diutamakan. Namun yang perlu kita ketahui bahwasanya seorang muslim harus berusaha memecah belah antara kebatilan dan kebenaran, yaitu memisahkan antara haq dan yang bathil selagi mempersatukan kaum muslimin di atas Al-quran dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman salafus shalih.
Salah satu ciri khas Salafus Shalih adalah keteguhan mereka dalam melaksanakan shalat dengan khusyu'. Mereka memahami bahwa shalat bukan hanya kewajiban, tetapi juga momen untuk berinteraksi secara pribadi dengan Allah. "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya." (QS. Al-Mu’minun: 1-2).
Ketika menghadapi ujian hidup, seorang mukmin sejati tidak akan berputus asa dari rahmat Allah. Mereka yakin bahwa di balik setiap kesulitan, selalu ada kemudahan. Dalam setiap cobaan, mereka berusaha introspeksi diri dan mencari sebab mengapa musibah itu datang, dengan harapan agar mereka bisa memperbaiki diri dan mendapatkan pertolongan Allah. Firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan diberikan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10).
Salah satu bentuk akhlak mulia yang sering kali dilupakan adalah bersyukur. Salafus Shalih adalah generasi yang selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan untuk melihat orang yang berada di bawah kita dalam hal dunia, agar kita tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita (HR. Muslim).
Akhirnya, salah satu ciri paling menonjol dari Salafus Shalih adalah kesungguhan mereka dalam menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah orang yang terbaik akhlaknya." (HR. Tirmidzi). Akhlak yang baik tidak hanya membawa ketenangan di dunia, tetapi juga menjadi bekal yang berat di akhirat kelak.
Sebagai umat Islam yang berusaha mengikuti jejak Salafus Shalih, kita tidak boleh hanya fokus pada ilmu dan aqidah saja, tetapi juga harus mempraktikkan akhlak yang mulia. Kebaikan akhlak adalah cerminan keimanan seseorang. Oleh karena itu, mari kita berusaha untuk memperbaiki akhlak kita agar menjadi lebih baik, karena itulah salah satu ciri seorang mukmin yang sejati.
Semoga Allah senantiasa memberi kita petunjuk dan kekuatan untuk meneladani akhlak para Salafus Shalih. Aamiin.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store