Arabiyah Linnasyiin - Wahai kaum muslimin yang semoga mendapat rahmat Allah ﷻ, salah satu cara terbaik untuk menunjukkan dan merealisasikan rasa cinta kita kepada Rasulullah ﷺ adalah dengan mempelajari sunnahnya, mengamalkannya, dan mempelajari sirah sejarah perjalanan Rasulullah ﷺ dari lahir sampai dengan wafat.
Sungguh kita perlu merenungkan, mungkin kita pernah membaca komik cerita tokoh tertentu sampai tamat, atau menonton serial Korea sampai selesai bahkan diulang-ulang. Namun, apakah kita pernah membaca atau mengikuti kajian hadist-hadist nabi, hingga sirah Nabi ﷺ sampai dengan tamat?
Jika kita mengaku cinta kepada Nabi ﷺ, tentu klaim itu perlu dibuktikan, karena cinta itu perlu dibuktikan. Jika hanya pengakuan cinta, maka semua orang bisa mengaku-ngaku, sebagaimana syair Arab yang terkenal, yaitu: “Semua orang mengaku punya hubungan dengan Laila … Namun Laila tak pernah mengiyakan hal itu.”
Salah satu cara membuktikan cinta kita kepada Nabi ﷺ adalah dengan mempelajari sirah perjalanan hidup beliau hingga sabdanya. Dalam sirah beliau terdapat pelajaran yang berharga, teladan dalam sabar, akhlak mulia, dan kokoh beragama. Para sahabat sangat memahami hal ini, sehingga mereka mengajarkan anak-anak mereka sirah Nabi ﷺ sebagaimana mengajarkan Al-Qur’an.
Mengamalkan hadits Nabi ﷺ dan sirahnya adalah salah satu cara untuk menunjukkan cinta dan ketaatan kita kepada beliau. Namun, tidak semua hadits Nabi ﷺ bisa diamalkan secara langsung tanpa memperhatikan konteks, sanad, makna, dan tujuannya. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari cara-cara yang benar untuk memahami dan mengamalkan hadits Nabi ﷺ. Berikut adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengamalkan hadits Nabi ﷺ yang akan dijabarkan.
Mencari tahu status hadits apakah shahih, hasan, dhaif, atau maudhu'. Status hadits menunjukkan tingkat kekuatan dan keaslian riwayatnya. Hadits shahih adalah hadits yang paling kuat dan paling bisa dijadikan hujjah dalam beragama. Hadits hasan adalah hadits yang cukup kuat dan bisa dijadikan hujjah jika tidak ada hadits shahih yang bertentangan. Hadits dhaif adalah hadits yang lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah kecuali jika ada syarat-syarat tertentu. Hadits maudhu' adalah hadits palsu yang tidak bisa dijadikan hujjah sama sekali. Untuk mengetahui status hadits, kita bisa merujuk kepada kitab-kitab khusus tentang ilmu hadits, seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa'i, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Muwatha Malik, dll.
Memahami makna lahir dan batin hadits. Makna lahir adalah makna yang tampak dari redaksi hadits secara harfiah. Makna batin adalah makna yang tersembunyi atau tersirat dari redaksi hadits secara kontekstual. Untuk memahami makna lahir dan batin hadits, kita perlu memperhatikan bahasa Arab yang digunakan dalam hadits, kaidah-kaidah bahasa dan balaghah (retorika), serta latar belakang sejarah dan situasi ketika hadits tersebut diucapkan oleh Nabi ﷺ. Untuk membantu kita memahami makna lahir dan batin hadits, kita bisa merujuk kepada kitab-kitab syarah (penjelasan) atau fath (komentar) hadits, seperti Fath al-Bari Syarah Shahih Bukhari, Syarah Shahih Muslim, Syarah Sunan Abu Dawud, Syarah Sunan Tirmidzi, Syarah Sunan Nasa'i, Syarah Sunan Ibnu Majah, dll.
Mengetahui tujuan dan hikmah dari hadits. Tujuan adalah maksud atau sasaran yang ingin dicapai oleh Nabi ﷺ dengan mengucapkan hadits tersebut. Hikmah adalah manfaat atau kebaikan yang terkandung dalam hadits tersebut. Untuk mengetahui tujuan dan hikmah dari hadits, kita perlu memperhatikan kategori atau bab yang menjadi tempat hadits tersebut diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits. Misalnya, jika sebuah hadits diriwayatkan dalam bab tentang shalat, maka tujuan dan hikmahnya berkaitan dengan ibadah shalat. Selain itu, kita juga perlu memperhatikan korelasi atau hubungan antara satu hadits dengan hadits lainnya yang sejenis atau berbeda. Dengan demikian, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih luas dan komprehensif tentang tujuan dan hikmah dari hadits.
Menyesuaikan amalan dengan kondisi dan kemampuan kita. Kondisi adalah situasi atau keadaan yang sedang kita alami saat ini. Kemampuan adalah potensi atau kapasitas yang kita miliki untuk melakukan sesuatu. Untuk menyesuaikan amalan dengan kondisi dan kemampuan kita, kita perlu memperhatikan rukhshah (keringanan) atau ‘azhimah (ketatnya) dari sebuah hadits. Rukhshah adalah keringanan atau pengecualian yang diberikan oleh syariat dalam situasi tertentu yang menyulitkan atau memberatkan bagi pelaku amalan. ‘Azhimah adalah ketatnya atau tidak adanya keringanan dari syariat dalam situasi normal atau biasa bagi pelaku amalan. Misalnya, dalam hadits tentang puasa, ada rukhshah bagi orang yang sakit, musafir, hamil, menyusui, atau haid untuk tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain. Sedangkan ‘azhimahnya adalah bagi orang yang sehat dan tidak ada halangan untuk berpuasa di bulan Ramadan.
Mengikuti teladan dan tauladan dari Nabi ﷺ dan para sahabatnya. Teladan adalah contoh atau model yang baik dan patut ditiru. Tauladan adalah panutan atau pemimpin yang memberi petunjuk dan arahan. Untuk mengikuti teladan dan tauladan dari Nabi ﷺ dan para sahabatnya, kita perlu mempelajari sirah (biografi) dan maghazi (perang) Nabi ﷺ, serta tarikh (sejarah) dan manaqib (keutamaan) para sahabatnya. Dengan demikian, kita bisa mengetahui bagaimana Nabi ﷺ dan para sahabatnya mengamalkan hadits-hadits yang mereka dengar atau sampaikan dalam berbagai situasi dan kondisi. Kita juga bisa meneladani akhlak (budi pekerti) dan zuhud (kesederhanaan) mereka dalam menjalani kehidupan dunia.
Menyebarkan dan mengajarkan hadits kepada orang lain. Menyebarkan adalah menyampaikan atau menyebarluaskan sesuatu kepada banyak orang. Mengajarkan adalah memberi pengetahuan atau keterampilan kepada seseorang atau sekelompok orang. Untuk menyebarkan dan mengajarkan hadits kepada orang lain, kita perlu memperhatikan metode atau cara yang efektif dan efisien. Metode yang efektif adalah metode yang sesuai dengan tujuan dan sasaran dari penyampaian hadits. Metode yang efisien adalah metode yang hemat waktu, tenaga, biaya, dan sumber daya lainnya. Misalnya, kita bisa menyebarkan hadits melalui media sosial, buku, majalah, radio, televisi, dll. Kita juga bisa mengajarkan hadits melalui kelas, seminar, workshop, diskusi, dll.
Semoga dengan cara-cara di atas kita bisa mengamalkan hadits Nabi ﷺ dengan benar dan baik. Semoga Allah memberkahi kita dengan ilmu yang bermanfaat, amal yang shalih, dan hidayah yang lurus. Amin. Toko kitab grosir online - Alfikar store.