Nahwu Wadhih - Setiap insan pasti akan mengalami kematian, meninggalkan dunia beserta segala kemegahannya. Dalam sebuah riwayat, sahabat mulia Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengingatkan kita akan realita setelah kematian. Beliau pernah berdiri di atas sebuah tempat tinggi yang menghadap ke arah kuburan, lalu berbicara seolah menyampaikan pesan kepada para penghuni kubur:
“Wahai para penghuni kubur! Sampaikanlah kepada kami berita dari kalian! Adapun berita dari kami: Istri kalian telah menikah kembali, harta kalian telah dibagi-bagi, dan rumah kalian telah ditempati oleh orang lain.”
Kemudian, Ali radhiyallahu ‘anhu melanjutkan,
“Ketahuilah! Demi Allah, seandainya mereka (penghuni kubur) bisa berbicara, niscaya mereka akan berkata, ‘Kami tidak temui perbekalan yang lebih baik daripada takwa.’”
(Al-Istidzkar, Ibnu Abdil Barr, 1/185)
Ali radhiyallahu ‘anhu, dari perkataannya, mengingatkan kita semua bahwasanya segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini tidak akan menemani kita kelak dalam kubur. Keluarga, harta, dan rumah akan segera beralih ke tangan orang lain setelah kita wafat. Sebagai manusia, kita sering menghabiskan waktu untuk mengejar harta, kedudukan, dan keinginan-keinginan duniawi lainnya. Padahal, semua itu akan segera ditinggalkan, bahkan dalam waktu yang sangat singkat. Satu-satunya yang akan tetap bersama kita dan menjadi cahaya di alam kubur adalah ketakwaan yang kita kumpulkan sepanjang hidup.
Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.”
(QS. Al-Baqarah: 197)
يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik."
(QS. Al-A’raf: 26)
Ayat ini mengingatkan kita semua bahwasanya meskipun kita membutuhkan bekal untuk bertahan hidup di dunia, maka tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya bekal yang paling utama adalah ketakwaan. Dengan takwa, seorang mukmin akan mampu menjalani kehidupan dunia dengan lurus, bersiap menghadapi kematian, dan kelak memperoleh kebahagiaan di akhirat.
Ketika mengingat kematian, ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri: apa yang telah kita persiapkan? Dunia begitu cepat melupakan seseorang setelah kematiannya. Nama kita mungkin akan diingat oleh beberapa orang, namun semua itu akan menjadi kenangan, harta, dan status sosial akan perlahan-lahan hilang seiring waktu. Satu-satunya yang abadi adalah amal shalih dan ketakwaan yang kita tanam di dunia.
Maka, mari kita jadikan ketakwaan sebagai tujuan utama hidup kita. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa bertakwa dan menjadikan takwa sebagai perbekalan terbaik untuk hari akhirat.
Kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store