My Blog

  • 28-01-2025

Berlakulah Adil, Wahai Bani Adam

Kitab tashrif -  Islam adalah agama yang mengajarkan keadilan setiap aspek dalam setiap kondisi dan situasi dalam kehidupan. Keadilan adalah salah satu sifat utama yang Allah perintahkan kepada hamba-Nya. Tidak ada keberkahan dalam kehidupan jika keadilan diabaikan. Keadilan harus ditegakkan dalam kondisi apapun, baik dalam keadaan marah maupun ridha, dalam kefakiran maupun kekayaan. Rasulullah ﷺ bersabda: 

ثلاثٌ مُنَجِّيَات: الْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى، وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَخَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ 

“Tiga perkara yang menyelamatkan: berbuat adil dalam keadaan marah dan ridha, hemat dalam kefakiran dan kekayaan, dan takut kepada Allah dalam keadaan rahasia dan terang-terangan.” 

(HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir) 

Hadis ini mengajarkan bahwa seseorang harus tetap bersikap adil dalam kondisi apapun, tidak terbawa oleh emosi dan hawa nafsu yang dapat menjerumuskan kepada kezaliman. 

Salah satu ujian terbesar manusia adalah menjaga keadilan ketika sedang marah atau dalam kondisi ridha. Rasulullah ﷺ mengajarkan dalam doanya: 

اللَّهُمَّ أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَكَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا 

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu rasa takut kepada-Mu dalam keadaan rahasia dan terang-terangan, dan ucapan yang benar dalam marah dan ridha.” 

(HR. Ahmad dan An-Nasa'i) 

Hadis ini menegaskan bahwa orang yang bertakwa kepada Allah tidak akan membiarkan emosinya menguasai dirinya hingga ia berlaku tidak adil. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ 

"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." 

(QS. Al-Ma’idah: 8) 

Ayat ini mengajarkan bahwa kebencian terhadap seseorang atau suatu kelompok tidak boleh menjadi alasan untuk berlaku tidak adil. 

Rasulullah ﷺ pernah menceritakan kisah seorang laki-laki yang tidak menjaga lisannya saat marah dan akhirnya binasa: 

قَالَ رَجُلٌ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لِفُلَانٍ. وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ، فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ 

“Seorang laki-laki berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si Fulan.’ Maka Allah berfirman, ‘Siapakah yang berani bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si Fulan? Sungguh Aku telah mengampuni si Fulan, dan Aku hapuskan seluruh amalmu.’” 

(HR. Muslim) 

Hadis ini mengajarkan bahwa seseorang tidak boleh berbicara tanpa ilmu, terutama dalam keadaan marah. Kata-kata yang diucapkan tanpa berpikir dapat membawa kehancuran di dunia dan akhirat. 

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: 

فَهَذَا غَضِبَ لِلَّهِ، ثُمَّ تَكَلَّمَ فِيْ حَالِ غَضَبِهِ لِلَّهِ بِمَا لاَ يَجُوْزُ وَحَتَمَ عَلَى اللهِ بِمَا لاَ يَعْلَمُ فَأَحْبَطَ اللهُ عَمَلَهُ 

"Orang ini marah karena Allah, lalu dia berbicara dalam keadaan marahnya dengan sesuatu yang tidak boleh, dan dia memastikan atas nama Allah sesuatu yang dia tidak ketahui, maka Allah pun menghapus seluruh amalnya." 

(Jaami’ al-‘Uluum wa al-Hikam, hal. 17) 

Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu menjaga lisan, terlebih ketika sedang marah. 

Ketika seseorang marah, ia rentan melakukan kesalahan dan ketidakadilan. Rasulullah ﷺ memberikan nasihat kepada seorang sahabat yang meminta wasiat darinya: 

قَالَ: أَوْصِنِي. قَالَ: «لَا تَغْضَبْ». فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: «لَا تَغْضَبْ» 

“Seorang laki-laki berkata, ‘Berikanlah wasiat kepadaku.’ Nabi bersabda, ‘Jangan marah.’ Dia mengulang-ulang berkali-kali, dan Nabi tetap menjawab, ‘Jangan marah.’” 

(HR. Bukhari no. 6116) 

Menahan amarah adalah salah satu tanda kekuatan sejati seorang Muslim. Rasulullah ﷺ bersabda: 

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ 

"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah." 

(HR. Bukhari no. 6114 dan Muslim no. 2609) 

Dalam ajaran Islam, menjaga lisan dan menahan amarah adalah kunci untuk mencapai kedamaian dan keadilan dalam kehidupan. 

Maka dari itu yang perlu kita ingat, 

Berlaku adil dalam kondisi apapun → Baik dalam keadaan marah maupun ridha, keadilan tetap harus ditegakkan. 

Menjaga lisan saat marah → Ucapan yang tidak terkendali dapat menyebabkan kehancuran dunia dan akhirat. 

Mengendalikan emosi adalah tanda ketakwaan → Marah yang tidak terkontrol dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kezaliman. 

Adil lebih dekat kepada takwa → Tidak boleh membiarkan emosi atau hawa nafsu mengalahkan prinsip-prinsip keadilan. 

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ 

"Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berlaku adil dan berbuat ihsan (kebaikan)." 

(QS. An-Nahl: 90) 

Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang mampu berlaku adil dalam setiap keadaan dan menjadikan ketakwaan sebagai pedoman dalam hidup. Aamiin. 

Allahu Ta’ala a’lam bish-shawab. 

 Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store        

admin
Admin