Arabiyah Linnasyiin - Berhala dalam sudut pandang Islam adalah objek berbentuk makhluk hidup atau benda yang didewakan, disembah, dipuja dan dibuat oleh tangan manusia. Berhala bisa berupa patung, gambar, matahari, bulan, malaikat, hewan atau apa saja yang disembah selain Allah. Menurut Al-Qur'an, berhala-berhala itu tidak dapat menciptakan sesuatu apapun, sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
اَيُشْرِكُوْنَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْـًٔا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَۖ
“Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun, padahal ia (berhala) sendiri diciptakan?” (Al-A'raf :191)
وَالَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَا يَخْلُقُوْنَ شَيْـًٔا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَۗ
“(Berhala-berhala) yang mereka seru selain Allah tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun, bahkan berhala-berhala itu (sendiri) diciptakan (oleh manusia)”. (An-Nahl :20)
Islam melarang keras penyembahan berhala karena itu termasuk syirik, yaitu dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah kecuali dengan benar-benar bertaubat. Islam mengajarkan bahwa hanya Allah yang layak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar”. (An-Nisa' :48)
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.” (Al-Ikhlas :1-4)
Penyembahan berhala adalah dosa syirik yang paling besar dan paling jelek dan juga merupakan sebuah kebodohan yang terburuk. Berhala-berhala yang pertama kali dijadikan tuhan-tuhan oleh manusia bukanlah benda-benda di langit, di bumi, atau binatang-binatang, melainkan orang-orang yang saleh, yaitu lima tokoh agama dari umat Nabi Nuh ‘alaihissalam yang bernama Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
وَقَالُوْا لَا تَذَرُنَّ اٰلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلَا سُوَاعًا ەۙ وَّلَا يَغُوْثَ وَيَعُوْقَ وَنَسْرًاۚ
“Dan mereka (Kaum Nabi Nuh) berkata, ‘Jangan kamu sekali-kali meninggalkan sesembahan-sesembahan kamu dan (terutama) janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’quq, maupun Nasr!’” (QS. Nuh: 23)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ini adalah nama-nama orang saleh dari kaum Nuh. Ketika mereka wafat, setan menyerukan (dengan bisikan) kepada kaumnya, ‘Buatlah patung-patung di tempat-tempat mereka biasa berkumpul (sebagai tanda dan untuk mengingat kebaikan mereka), kemudian berilah patung-patung itu dengan nama-nama mereka!’ Maka, kaumnya melakukannya dan belum menyembah patung-patung itu. Ketika mereka wafat dan ilmu telah lenyap, maka patung-patung itu disembah oleh generasi sesudahnya.” (HR. Bukhari)
Inilah sikap ghuluw yang dilarang oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya. Ghuluw adalah sikap berlebihan atau melampaui batas dalam beragama, baik dalam keyakinan, ucapan, maupun perbuatan. Ghuluw dapat menimbulkan bahaya dan dampak negatif bagi diri sendiri dan orang lain, seperti menyimpang dari kebenaran, menyebabkan kerusakan, menimbulkan permusuhan, menghilangkan rahmat Allah, dan mendapat siksa neraka.
Dalil-dalil yang melarang ghuluw dalam Islam antara lain:
Firman Allah Ta’ala:
لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ
“Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu.” [An-Nisaa’/4: 171]
Sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
“Jauhilah oleh kalian sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama.” (HR. Ibnu Majah)
Sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam:
لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم، فإنما أنا عبده، فقولوا عبد الله ورسوله
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’” (HR. Bukhari)
Dan juga dalam surah Nuh ayat 23 yang telah disebutkan diatas. Ibnu Abbas radhiallahu’anhu menafsirkan ayat tersebut:
“Ini adalah nama-nama orang saleh di zaman Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan menyarankan kaumnya untuk mendirikan tugu di tempat mereka biasa berkumpul, lalu dinamai dengan nama-nama mereka. Dan itu dilakukan. Ketika itu tidak disembah. Namun ketika generasi tersebut wafat, lalu ilmu lenyap, maka lalu disembah” (HR. Bukhari no. 4920).
Dan Ibnu Abbas Radhiallahu anhu, beliau berkata:
“Dahulu antara Nuh dan Adam terpaut 10 generasi. Mereka semua di atas syariat yang benar. Kemudian setelah itu mereka berpecah-belah sehingga Allah pun mengutus para Nabi untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan” (HR. At Thabari dalam Tafsir-nya [4048], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 3289). Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan: “Rasul yang pertama adalah Nabi Nuh ‘alaihis shalatu was salam, dengan dalil firman Allah (yang artinya): “dan para Nabi setelahnya” (QS. An Nisa: 163). Allah mengutus Nuh pada kaumnya karena mereka ghuluw (berlebihan) dalam mengkultuskan orang shalih. Setelah sebelumnya manusia di atas tauhid seluruhnya sejak zaman Nabi Adam ‘alaihissalam sampai 10 generasi, semuanya di atas tauhid” (Syarah Tsalatsatil Ushul, 288).
Namun, kesyirikan pertama bukanlah berasal dari sikap ghuluw terhadap lima tokoh oran shaleh dari kalangan umat Nabi Nuh ‘alaihissalam yang bernama Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr, para ulama bersepakat, bahwa perbuatan syirik yang pertama kali terjadi dalam sejarah seluruh makhluk, adalah perbuatan setan atau iblis. Allah ta’ala berfirman:
وَمَن يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِّن دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ
“Diantara mereka yang mengatakan bahwa dirinya adalah sesembahan selain Allah, Kami akan ganjar dengan neraka Jahannam” (QS. Al Anbiya’: 29).
Ulama bersepakat ayat ini diturunkan membahas tentang iblis la’natullah ‘alaihi. Yang mengklaim sebagai ilah, dan ini adalah syirik yang pertama. Ibnu Juraij dan Qatadah menafsirkan ayat di atas:
“Tidak ada Malaikat yang mengatakan bahwa diri mereka adalah sesembahan selain Allah. Dan tidak ada yang pernah mengatakannya selain iblis. Ia menyeru untuk menyembah dirinya sendiri. Maka turunlah ayat ini dan Ayat ini diturunkan secara khusus tentang musuh Allah, yaitu iblis. Karena ia mengucapkan suatu ucapan yang Allah laknat. Dan Allah menjadikannya makhluk yang terlaknat.” (Jami’ul Bayan, 17/9-13).
Diantara pembelajaran dan hikmah yang bisa kita petik dari penjelasan ini adalah bahwa kesyirikan pertama terjadi karena pengkultusan terhadap orang shalih dan sikap ghuluw (berlebihan) kepada mereka sehingga munculnya berhala. Maka hendaknya waspada, jauhi sikap ghuluw terhadap orang shalih dan mengkultuskan mereka. Karena akan membawa kepada perbuatan kesesatan bid’ah hingga kesyirikan. Toko kitab grosir online Alfikar store.
sumber:
muslim.or.id/58749-kesyirikan-pertama-di-muka-bumi.html
muslim.or.id/84766-berhala-pertama-di-muka-bumi.html
almanhaj.or.id/10174-larangan-ghuluw-dan-berlebih-lebihan-dalam-memuji-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html
almanhaj.or.id/12664-larangan-bersikap-ghuluw-2.html