Kitab tashrif - Dalam kehidupan ini, kita dihadapkan pada pilihan untuk membagi waktu dan tenaga antara urusan dunia dan akhirat. Nasihat dari seorang ulama besar, Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, mengingatkan kita untuk "Bekerjalah untuk dunia sesuai kadar keberadaanmu di dalamnya, dan beramal-lah untuk akhirat sesuai kadar masa engkau akan tinggal padanya." Artinya, kita hendaknya mengalokasikan perhatian kita sesuai durasi masing-masing, yakni kehidupan yang sementara di dunia dan kehidupan yang kekal di akhirat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَٰقَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا مَتَٰعٌ وَإِنَّ ٱلءَاخِرَةَ هِىَ دَارُ ٱلْقَرَارِ
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.”
(QS. Ghafir: 39)
Ayat ini menjelaskan bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara dan tidak akan berlangsung selamanya. Segala yang kita miliki di dunia, seperti harta, jabatan, dan kesenangan, hanyalah kesenangan yang fana dan cepat berlalu. Sedangkan akhirat adalah negeri keabadian, tempat setiap amal manusia akan diperhitungkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan bahwa yang lebih sedikit dan mencukupi jauh lebih baik daripada banyak namun melalaikan dari mengingat Allah.
Dalam ayat lain, Allah memperingatkan untuk tidak tertipu oleh kehidupan dunia yang penuh ujian:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka (orang kafir), sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.”
(QS. Thaha: 131)
Kesuksesan dunia sering kali membuat kita terkesima, tetapi ujian sebenarnya terletak pada bagaimana kita menggunakannya untuk mendekatkan diri kepada Allah atau justru mengabaikan-Nya. Harta dan kemewahan dapat menjadi ujian yang melalaikan, dan begitu juga sebaliknya: kemiskinan atau kesusahan bisa mendekatkan kita pada rahmat Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا أصبحت فلا تنتظر المساء ، وإذا أمسيت فلا تنتظر الصباح ، وخذ من صحتك لمرضك ، ومن حياتك لموتك
“Jika engkau berada di pagi hari, jangan tunggu sampai petang hari. Jika engkau berada di petang hari, jangan tunggu sampai pagi. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah waktu hidupmu sebelum datang matimu.”
(HR. Bukhari)
Nasihat ini mengingatkan kita untuk menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan bijak, karena waktu sehat dan kehidupan hanya berlangsung sebentar. Jangan menunda amal shalih atau menunggu datangnya waktu luang. Sebaliknya, jadikan setiap waktu yang kita miliki sebagai kesempatan untuk beramal kebaikan yang akan menjadi bekal akhirat kelak.
Allah Ta'ala juga mengingatkan untuk menggunakan karunia dunia untuk meraih kebahagiaan akhirat:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (urusan) dunia.”
(QS. Al-Qashash: 77)
Membagi waktu dan perhatian antara dunia dan akhirat bukan berarti membagi sama rata, tetapi sesuai dengan kadar keabadian masing-masing. Sebab dunia hanyalah sementara, sedangkan akhirat adalah tempat tinggal yang kekal. Gunakan harta, tenaga, dan waktu kita untuk kebaikan yang membawa manfaat, serta jangan biarkan perhatian kita kepada dunia melalaikan tujuan akhir, yaitu meraih ridha Allah.
Semoga kita termasuk orang yang mampu menempatkan dunia sesuai porsinya dengan berusaha keras dalam beramal untuk akhirat.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store