My Blog

  • 29-08-2023

Belajar Menjadi Muslim yang Bijak dalam Menerima dan Menyebarkan Berita di Zaman Fitnah

Arabiyah Linnasyiin  –   ini, kita hidup di era informasi yang serba cepat dan mudah. Kita bisa mendapatkan berbagai macam berita dari berbagai media, seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan media sosial. Namun, tidak semua berita yang kita terima itu benar dan akurat. Banyak berita yang palsu, menyesatkan, atau bahkan mengandung fitnah, kebohongan yang berujung adu domba dan pemicu perpecahan. Berita-berita seperti ini disebut sebagai hoaks.

Hoaks bisa merugikan banyak pihak, baik individu maupun kelompok. Hoaks bisa menimbulkan kebencian, permusuhan, fitnah, keresahan, kepanikan, atau bahkan kerusakan di masyarakat. Hoaks juga bisa merusak kepercayaan publik terhadap sumber-sumber berita yang seharusnya kredibel dan profesional. Oleh karena itu, sebagai umat Islam yang taat dan bertanggung jawab, kita harus berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan berita. Kita harus menjadi muslim yang bijak dalam menghadapi fenomena hoaks.

Lalu, bagaimana cara menjadi muslim yang bijak dalam menerima dan menyebarkan berita? Berikut adalah beberapa petunjuk syariat yang bisa kita ikuti:

  1. Memeriksa kebenaran berita sebelum menerimanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6). Ayat ini menunjukkan bahwa kita harus memastikan kebenaran berita sebelum kita menerimanya, apalagi menyebarkannya. Kita tidak boleh mudah percaya dengan berita yang datang dari sumber yang tidak jelas atau tidak terpercaya. Kita harus mencari tahu fakta-fakta yang mendukung atau membantah berita tersebut dari sumber-sumber yang kredibel dan objektif.
  2. Menjauhi berita yang mengandung fitnah, ghibah, namimah, atau kebohongan. Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dianggap pendusta jika ia menyampaikan semua apa yang didengarnya.” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa kita harus selektif dalam menyampaikan berita yang kita dengar. Kita tidak boleh menyampaikan berita yang mengandung fitnah (menuduh tanpa bukti), ghibah (membicarakan aib orang lain), namimah (menyebarkan perkataan orang lain untuk menimbulkan permusuhan), atau kebohongan (menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan). Berita-berita seperti ini bisa merusak hubungan antara sesama muslim dan menimbulkan dosa bagi pelakunya.
  3. Menyebarkan berita yang bermanfaat, positif, dan membangun. Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala mereka.” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa kita harus menyebarkan berita yang bermanfaat, positif, dan membangun bagi diri kita sendiri dan orang lain. Berita-berita seperti ini bisa meningkatkan ilmu pengetahuan, kesadaran, motivasi, semangat, solidaritas, dan kebaikan di masyarakat. Berita-berita seperti ini juga bisa mendekatkan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.

Selain mengikuti petunjuk syariat tersebut, ada juga beberapa cara praktis yang bisa kita lakukan untuk memeriksa kebenaran berita, antara lain:

Memeriksa sumber berita. Pastikan bahwa sumber berita yang Anda baca adalah sumber yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Anda bisa menggunakan Google News untuk mencari berita yang relevan dengan topik yang Anda cari dari berbagai media yang terverifikasi. Anda juga bisa mengunjungi situs-situs yang khusus menyediakan layanan pemeriksaan fakta, seperti Turn Back Hoax, Cek Fakta, atau Mafindo.

Memeriksa gambar yang digunakan. Kadang-kadang, gambar yang digunakan dalam berita bisa dimanipulasi atau disalahgunakan untuk menyesatkan pembaca. Anda bisa menggunakan Google Image untuk mencari tahu asal-usul gambar tersebut, apakah sudah pernah dipublikasikan sebelumnya, atau apakah ada perbedaan antara gambar asli dan gambar yang dimodifikasi. Anda juga bisa menggunakan aplikasi seperti Hoax Analyzer untuk memeriksa kebenaran gambar dengan cara mengunggah gambar atau link berita yang ingin dicek.

Memeriksa URL berita. Beberapa situs berita palsu atau hoax biasanya menggunakan URL yang mirip dengan situs berita resmi, tetapi dengan sedikit perbedaan, seperti penambahan huruf atau angka, atau penggunaan domain yang tidak umum. Anda harus berhati-hati dengan URL yang mencurigakan dan memastikan bahwa Anda mengakses situs berita yang sesuai dengan URL-nya.

Memeriksa trending topik dengan Fact Check Explorer. Google juga menyediakan alat untuk memeriksa kebenaran topik-topik yang sedang ramai dibicarakan di internet, yaitu Fact Check Explorer. Anda bisa mengetikkan kata kunci yang ingin Anda cek, dan alat ini akan menampilkan hasil pemeriksaan fakta dari berbagai sumber terpercaya.

Menjauhi judul provokatif. Berita hoax biasanya menggunakan judul yang provokatif, sensasional, atau mengandung unsur SARA untuk menarik perhatian pembaca dan membangkitkan emosi mereka. Anda harus kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh judul-judul seperti itu, dan selalu membaca isi berita secara utuh sebelum menyebarkan atau memberikan komentar.

Menjadi muslim yang bijak dalam menerima dan menyebarkan berita di zaman fitnah saat ini merupakan sebuah kewajiban. Jangan sampai kita semua terjerumus hingga menyebarkan sesuatu yang kita tidak memiliki ilmu dan buktinya Semoga kita dapat menyebarkan kebaikan di zaman fitnah ini dan menjadi pribadi yang bermanfaat dan menjadi pembaca yang cerdas dan bertanggung jawab. Arabiyah linnasyiin

admin
Admin