My Blog

  • 12-01-2024

Belajar Menghindari Perdebatan: Penjelasan Bahayanya Bagi Pelaku Dan Pendengarnya

Fikar store -Perdebatan dan retorika adalah dua hal yang sering berkaitan dan sering dipakai dalam komunikasi manusia. Debat adalah sebuah diskusi antara orang-orang yang memiliki pendapat yang berbeda tentang suatu hal, dengan saling menyampaikan argumen atau alasan untuk mempertahankan atau menyerang pendapat tersebut. Retorika adalah seni atau keterampilan dalam menggunakan bahasa dan argumentasi guna mempengaruhi audiens. Perdebatan dan retorika dapat menjadi cara yang baik untuk mengeksplorasi sudut pandang yang berbeda, menantang asumsi, dan mempromosikan pemikiran kritis dan dialog terbuka. Namun, perdebatan dan retorika juga dapat menimbulkan bahaya dan keburukan bagi para pelaku dan pendengar, jika tidak dilakukan dengan cara yang baik dan bijak.

Para pelaku perdebatan adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam perdebatan, baik sebagai pembicara maupun sebagai penanggap. Mereka harus berusaha untuk meyakinkan bahwa pihak mereka benar, dengan menggunakan argumen yang logis, fakta yang valid, dan gaya bahasa yang efektif. Namun, dalam prosesnya, mereka juga dapat terjebak dalam beberapa bahaya, seperti:

  • Mencari-cari dan mengungkapkan kelemahan lawan debat. Ini dapat menimbulkan sikap prasangka, mengintip, dan mengumpat, yang merupakan dosa dan larangan dalam Islam. Hal ini juga dapat merusak hubungan persaudaraan dan persahabatan antara kaum Muslim.
  • Mengklaim diri suci dan benar. Ini dapat menimbulkan sikap sombong, ujub, dan riya, yang merupakan penyakit hati yang berbahaya. Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah kalian menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya hanya Allah yang paling mengetahui siapa orang yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS An Najm: 32).
  • Menjadi munafik dan bermuka dua. Ini dapat terjadi jika pelaku debat menunjukkan sikap yang bersahabat kepada lawan debatnya secara lahiriah, tetapi sebenarnya memendam kebencian dan permusuhan di dalam hatinya. Hal ini juga bertentangan dengan akhlak Islam yang mengajarkan untuk bersikap jujur dan ikhlas.

Para pendengar perdebatan adalah orang-orang yang menyaksikan atau mendengarkan perdebatan, baik secara langsung maupun melalui media. Mereka harus berusaha untuk mendapatkan manfaat dan ilmu dari perdebatan, dengan menggunakan akal dan hati yang sehat, dan tidak mudah terpengaruh oleh emosi dan hawa nafsu. Namun, mereka juga dapat terkena beberapa bahaya, seperti:

  • Menjadi bingung dan ragu. Ini dapat terjadi jika pendengar tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang topik perdebatan, atau jika mereka mendengar argumen yang saling bertentangan dan berlawanan. Hal ini dapat mengganggu keimanan dan keyakinan mereka, dan membuat mereka tersesat dari kebenaran.
  • Menjadi fanatik dan berat sebelah. Ini dapat terjadi jika pendengar memiliki kecenderungan atau kesukaan yang berlebihan terhadap salah satu pihak debat, tanpa mempertimbangkan argumen yang lain. Hal ini dapat membuat mereka buta dan tuli terhadap fakta dan logika, dan hanya mengikuti hawa nafsu dan kepentingan mereka sendiri.
  • Menjadi ikut-ikutan dan tidak kritis. Ini dapat terjadi jika pendengar tidak memiliki sikap dan kemampuan untuk berpikir secara mandiri dan objektif, dan hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh para pelaku debat, tanpa meneliti dan memeriksa kebenarannya. Hal ini dapat membuat mereka mudah tertipu dan terjerumus dalam kesesatan.

Retorika adalah seni atau keterampilan dalam menggunakan bahasa dan argumentasi guna mempengaruhi audiens. Retorika dapat digunakan untuk tujuan yang baik atau buruk, tergantung pada niat dan cara penggunaannya. Beberapa orang yang pandai berbicara mungkin menggunakan retorika untuk memenangkan argumen atau mempengaruhi pendengar. Namun, mereka juga mungkin menggunakan kesalahan logika atau manipulasi retorika untuk mencapai tujuan mereka. Beberapa contoh kesalahan logika dan manipulasi retorika adalah:

  • Ad hominem. Mengalihkan argumen ke karakter atau sifat pribadi penyerang, bukan substansi argumennya. Misalnya, “Anda tidak bisa berbicara tentang ekonomi, Anda hanya seorang guru SD.”
  • Slippery slope. Menggembar-gemborkan konsekuensi yang sangat buruk sebagai logika terkait dengan tindakan tertentu atau kejadian tanpa dukungan bukti. Misalnya, “Jika kita membiarkan anak-anak bermain game, mereka akan menjadi malas, bodoh, dan kecanduan narkoba.”
  • Straw man. Membuat argumen dengan menyederhanakan atau memanipulasi argumen lawan sehingga menjadi lebih lemah atau mudah untuk ditentang. Misalnya, “Orang-orang yang mendukung kesejahteraan sosial hanya ingin hidup enak dengan uang pajak orang lain.”
  • Post hoc ergo propter hoc. Menyamakan korelasi dengan sebab akibat. Menafsirkan korelasi antara dua variabel sebagai sebab dan akibat tanpa bukti yang cukup. Misalnya, “Setiap kali saya memakai baju merah, saya selalu menang. Jadi, baju merah adalah penyebab kemenangan saya.”
  • Pathos. Memanipulasi perasaan orang dengan menggunakan kata-kata yang merangsang perasaan seperti rasa takut, kebencian atau cinta. Misalnya, “Jika Anda mencintai negara ini, Anda harus memilih saya sebagai presiden.”
  • Bandwagon. Mendorong seseorang untuk melakukan atau mengikuti tindakan karena mayoritas orang melakukannya. Misalnya, “Semua orang sudah beralih ke produk ini, Anda tidak mau ketinggalan kan?”
  • Black and white. Menganggap situasi menjadi hanya dua macam, seperti baik atau buruk, benar atau salah. Presentasi hanya dua pilihan dalam mempertimbangkan masalah di mana satu pilihan dapat saling eksklusif terhadap yang lain. Misalnya, “Anda harus memilih antara menjadi patriot atau pengkhianat.”
  • Red herring. Mengalihkan perhatian dari masalah yang dibicarakan dengan menghadirkan masalah baru yang tidak relevan dengan masalah awal. Misalnya, “Saya tidak peduli dengan korupsi yang Anda tuduhkan, yang penting adalah bagaimana saya membangun infrastruktur negara ini.”
  • Glittering generality. Menggunakan kata-kata yang menjanjikan atau yang berbunyi yang bagus tanpa ada penjelasan yang jelas. Misalnya, “Saya akan membuat Indonesia lebih sejahtera, adil, dan makmur.”

Bahaya dari kesalahan logika dan manipulasi retorika adalah:

  • Mengurangi kualitas dan kredibilitas argumen. Kesalahan logika dan manipulasi retorika dapat melemahkan argumen dan membuatnya tidak masuk akal atau tidak dapat dipercaya. Hal ini dapat merugikan reputasi dan otoritas pembicara, dan mengurangi kepercayaan dan rasa hormat pendengar.
  • Menyesatkan dan menipu pendengar. Kesalahan logika dan manipulasi retorika dapat membuat pendengar percaya pada sesuatu yang salah atau tidak benar. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan dan tindakan pendengar, dan membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kepentingan atau kesejahteraan mereka.
  • Memperburuk konflik dan perpecahan. Kesalahan logika dan manipulasi retorika dapat memicu emosi negatif seperti marah, benci, atau takut pada pendengar. Hal ini dapat meningkatkan ketegangan dan permusuhan antara kelompok yang berbeda, dan menghambat dialog dan kerjasama yang damai.

Perdebatan dan retorika adalah dua hal yang sering berkaitan dalam komunikasi manusia yang secara umum dianggap biasa padahal ini suatu perkara yang bisa memberikan dampak buruk bagi pendengar dan pelaku debat. Perdebatan dan retorika dianggap dapat menjadi cara yang baik untuk mengeksplorasi sudut pandang yang berbeda, menantang asumsi, dan mempromosikan pemikiran kritis dan dialog terbuka. Nyatanya, perdebatan dan retorika juga dapat menimbulkan bahaya dan keburukan bagi para pelaku dan pendengar. Kita harus berhati-hati dan bijak dalam berbicara tanpa berdebat walaupun dengan menggunakan retorika, jika memang kita terjebak dalam situasi perdebatan yang kita harus menjawabnya dan tidak bisa kita hindari maka kewajiban kita adalah mendebati dengan cara yang baik sebagaimana yang dijelaskan dalam surah An-Nahl ayat 125. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, sementara dia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas bin Malik). Semoga bermanfaat. 

Fikar store – Grosir kitab online 

admin
Admin