Faedah Perjanjian Hudaibiyah
Kitab tashrif - Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, seringkali kita menghadapi perbedaan pendapat atau pandangan. Jika masing-masing pihak bersikeras mempertahankan pendiriannya, maka permasalahan akan sulit diselesaikan dan bisa berujung pada konflik berkepanjangan. Di sinilah pentingnya sikap mengalah demi kebaikan bersama, selama hal itu mendatangkan manfaat atau maslahat yang lebih besar.
Kisah yang sangat inspiratif dari kehidupan Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah peristiwa Suhul Hudaibiyah. Perjanjian ini mengajarkan kepada kita bahwa mengalah bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kebijaksanaan yang penuh dengan hikmah dan strategi demi kemaslahatan umat.
Dalam perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersama kaum muslimin berhadapan dengan Suhail bin Amr, utusan dari kaum kafir Quraisy. Setelah berbagai poin perjanjian disepakati, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه untuk menuliskan surat perjanjian tersebut. Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata:
اكتب بسم الله الرحمن الرحيم
"Tulislah, Bismillahirrahmanirrahim."
Namun, Suhail bin Amr menolak dan berkata,
"Adapun Ar-Rahman, maka demi Allah, aku tidak tahu apa itu. Akan tetapi tulislah 'Bismika Allahumma' sebagaimana dahulu engkau menulis demikian."
Para sahabat tentu merasa keberatan dan berkata,
"Demi Allah, kami tidak akan menulisnya kecuali Bismillahirrahmanirrahim."
Tetapi Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
اكتب باسمك اللهمّ، هذا ما صالح عليه محمد رسول الله سهيل بن عمرو
"Tulislah: 'Bismika Allahumma. Inilah perjanjian damai yang ditetapkan Muhammad Rasulullah bersama Suhail bin Amr.'”
Ketika Suhail kembali protes terhadap penyebutan Rasulullah, beliau صلى الله عليه وسلم dengan tenang memerintahkan Ali untuk menghapusnya. Ali pun enggan untuk menghapus, namun Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata:
"أرني مكانها"
"Tunjukkan kepadaku di mana letaknya."
Dengan tangan mulianya, Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri yang menghapus tulisan tersebut. Betapa luar biasa sikap bijaksana dan pengendalian diri yang ditunjukkan oleh beliau demi mencapai kesepakatan damai.
Nampak sekilas dari isi Perjanjian Hudaibiyah tampak merugikan kaum muslimin. Namun, kemaslahatan yang diperoleh dari sikap mengalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم sangat besar. Antara lain, kaum kafir Quraisy secara tidak langsung mengakui eksistensi dan kekuatan kaum muslimin, kaum muslimin bebas berdakwah ke berbagai kabilah Arab tanpa khawatir diserang Quraisy, perjanjian ini membuka kesempatan untuk menaklukkan benteng Khaibar, dan keberhasilan menaklukkan Khaibar membawa berkah dari segi ekonomi dan politik. Selain itu, setelah Perjanjian Hudaibiyah, banyak kabilah yang masuk Islam, sehingga jumlah kaum muslimin meningkat drastis dari 1.500 orang menjadi 10.000 orang ketika Fathu Makkah dua tahun kemudian.
Dari kisah perjanjian Hudaibiyah, kita belajar bahwasanya mengalah bukan berarti kalah. Justru, mengalah yang dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan niat baik bisa mendatangkan kemenangan yang lebih besar. Terkadang, ego dan sikap keras kepala hanya akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Mengalah demi kemaslahatan umat adalah tindakan mulia yang diajarkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Jika Rasulullah صلى الله عليه وسلم mampu mengalah demi kebaikan kaum muslimin, bagaimana dengan kita? Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun tempat kerja, pasti ada momen di mana kita perlu meredam ego dan memilih untuk mengalah demi menjaga hubungan baik dan mencapai kebaikan bersama.
Allah Ta’ala berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan."
(QS. Ali Imran: 134)
Marilah kita selalu ingat bahwa sikap mengalah yang dilakukan dengan niat baik akan membawa berkah dan kedamaian. Semoga Allah memberikan kita kebijaksanaan dan kelembutan hati seperti yang dimiliki oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
(baca Sirah Nabawiyah "Belajar Meraih Cinta Sejati Kepada Sang Rasul karya Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store