Arabiyah linnasyiin - Salah satu hadits yang menjelaskan tentang balasan mengingat Allah adalah hadits dari Kitab Riyadhus Sholihin berikut ini:
Hadits #1435
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Dalam hadist diatas Allah ta’ala berfirman:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.”
Allah menerangkan kepada hambanya bahwa Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya, yaitu jika hamba-Nya berprasangka baik, maka Allah akan memberikan kebaikan, dan jika hamba-Nya berprasangka buruk, maka Allah akan memberikan keburukan. Dari sinilah kita harus selalu berprasangka baik kepada Allah, karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Karena kita diperintahkan untuk berhusnuzan kepada-Nya, hal ini berdasarkan sebuah Hadist yang dibawakan Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda saat tiga hari sebelum wafatnya beliau,
لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ
“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnuzhan kepada Allah.” (HR. Muslim, no. 2877).
Allah bersama hamba-Nya yang mengingat-Nya, yaitu dengan memberikan rahmat, taufik, hidayah, dan perhatian kepada hamba-Nya. Adapun firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan Dia bersama kalian di mana saja kalian berada”, yaitu dengan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Selain itu Allah menyebut diri-Nya dengan “nafs”, yaitu untuk menunjukkan bahwa Allah memiliki dzat yang nyata dan sempurna, yang tidak ada yang serupa dengan-Nya.
Apa yang Allah subhanahu wa ta’ala kehendaki kepada kita adalah untuk kebaikan kita. Ketika kita mendapat cobaan berupa musibah kita diharuskan untuk bersabar dan ketika kita mendapat karunia yang membuatnya berbahagia kitapun diwajibkan untuk bersyukur. Karena inilah sikap seorang mu’min yang baik, hal ini sesuai dengan apa yang Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam nyatakan dalam sebuah hadist shahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim yang disampaikan dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan Radhiyallahu anhu yaitu:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.” (Hr. Muslim)
Demikian apapun yang Allah subhanahu wa ta’ala kehendaki untuk kita adalah untuk kebaikan kita jadi kita harus membangun keyakinan dan kesabaran dalam diri kita. Karena iman dibangun diatas perkara yaitu yakin dan sabar, Dua perkara tersebut Allâh Ta’ala terangkan dalam firman-Nya:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami”. [Qs. As-Sajdah:24]
Dan juga dalam berdoa kita dituntut untuk berdoa dalam keadaan yakin karena Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
اُدْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dan Allah subhanahu wa ta’ala juga menjanjikan akan mengabulkan doa kita karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mu’min: 60)
Selain itu kita juga harus bertawakal kepada-Nya, Allah ta’ala berfirman:
وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Bertawakallah hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang mukmin.” (Al-Ma'idah/5:23)
Husnuzhan kepada Allah, itulah yang diajarkan pada kita dalam doa. Ketika kita berdoa pada Allah kita harus yakin bahwa doa kita akan terkabul dengan tetap melakukan sebab-sebab yang mendatangkan terkabulnya doa dan menjauhi hal-hal yang menghalangi terkabulnya doa. Karena ingatlah bahwasanya doa itu sangat ampuh jika seseorang berhusnuzhan kepada Allah. Demikian semoga bermanfaat dan semoga kita semua dapat menjadi pribadi seorang muslim yang selalu dapat mengingat-Nya dan berhusnuzan kepada-Nya. Kitab Arabiyah linnasyiin – Fikar store