Arabiyah Linnasyiin - Kebohongan dan kejujuran adalah dua hal yang sering kali berhadapan dalam kehidupan kita terkadang samar dan terkadang tampak dengan jelas. Kita mungkin pernah berbohong untuk alasan tertentu, seperti untuk melindungi diri sendiri, orang lain, atau menghindari bahaya yang akan menimpa jika kita jujur. Namun, kita juga tahu bahwa kejujuran adalah nilai yang penting dan dihargai oleh banyak orang. Lalu, bagaimana kita menentukan batas antara kebohongan dan kejujuran?
Batas antara kebohongan dan kejujuran tidak selalu mudah untuk ditentukan. Terkadang, kita mungkin merasa bingung apakah harus berbohong atau jujur dalam suatu kondisi.
Kejujuran adalah sifat terpuji yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, baik dalam perkataan dan perbuatan lahir dan batin. Dusta adalah sifat orang munafik dan membawa kepada neraka. Namun, apakah kita harus selalu jujur dalam setiap situasi? Apakah ada saatnya kita boleh berbohong atau bahkan harus berbohong? Bagaimana cara mengetahui kebohongan seseorang?
Namun, ada beberapa kondisi di mana kita diperbolehkan untuk berbohong, yaitu:
Untuk mendamaikan dua orang atau kelompok yang berselisih. Misalnya, kita mengatakan kepada salah satu pihak bahwa pihak lain sudah meminta maaf atau sudah mengakui kesalahannya, padahal belum. Tujuannya adalah agar mereka mau berdamai dan saling memaafkan.
Untuk menyelamatkan diri atau orang lain dari bahaya. Misalnya, kita berbohong kepada orang yang berniat jahat kepada kita atau orang lain, seperti pencuri, perampok, atau pembunuh. Tujuannya adalah agar kita atau orang lain bisa lolos dari ancaman.
Namun, dalam kondisi-kondisi tersebut, kita harus tetap memperhatikan beberapa hal, yaitu:
Selain kondisi-kondisi di atas, kita dilarang untuk berbohong dalam situasi apapun. Berbohong adalah dosa besar dan kebiasaan orang munafik. Kebaohongan akan selalu menimbulkan fitnah, permusuhan, dan kerusakan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha untuk berkata jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan kita.
Namun, apakah jujur selalu baik? Apakah ada saatnya kita dilarang untuk jujur? Jawabannya adalah ya. Ada beberapa kondisi di mana kita dilarang untuk jujur, yaitu:
Jika jujur akan menyebabkan kerugian atau bahaya bagi diri sendiri atau orang lain. Misalnya, kita dilarang untuk mengungkapkan kelemahan atau aib diri sendiri atau orang lain di hadapan orang yang tidak berhak mengetahuinya. Tujuannya adalah agar kita tidak menjadi bahan ejekan atau penghinaan.
Jika jujur akan menyakiti hati atau perasaan orang lain tanpa alasan yang benar. Misalnya, kita dilarang untuk mengkritik atau mengejek penampilan atau kemampuan orang lain dengan cara yang kasar atau tidak sopan. Tujuannya adalah agar kita tidak menjadi penyebab kesedihan atau kemarahan.
Jika jujur akan melanggar adab atau etika komunikasi. Misalnya, kita dilarang untuk mengatakan sesuatu yang tidak pantas atau tidak sesuai dengan situasi dan kondisi. Tujuannya adalah agar kita tidak menjadi orang yang tidak beradab atau tidak beretika.
Dalam kondisi-kondisi tersebut, kita harus tetap memperhatikan beberapa hal, yaitu:
ليس الكذاب الذي يصلح بين الناس فينمي خيرا أو يقول خيرا
“Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar-sesama manusia. Dia menunbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain kondisi-kondisi di atas, kita harus selalu jujur dalam setiap situasi. Jujur adalah sifat mulia yang bisa mendatangkan pahala, keberkahan, dan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Jujur juga bisa membangun kepercayaan, hubungan, dan akhlak seseorang. Jujur juga bisa mencegah fitnah, permusuhan, dan kerusakan di masyarakat. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha untuk berkata jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. Toko kitab grosir online Alfikar store.