My Blog

  • 18-07-2023

Bahaya Menyampaikan Hadits Lemah

Arabiyah Linnasyiin -  Hadits adalah perkataan, perbuatan, ketetapan atau sifat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam yang menjadi sumber hukum Islam. Hadits memiliki tingkatan kekuatan atau kelemahan berdasarkan kriteria ilmiah yang ditetapkan oleh para ulama hadits. Salah satu tingkatan hadits adalah hadits lemah (dhaif) yang memiliki cacat atau kekurangan dalam sanad (rantai periwayat) atau matan (isi hadits) sehingga tidak bisa dijadikan hujjah atau dalil.

Menyampaikan hadits lemah adalah perbuatan yang berbahaya dan berdosa karena dapat menyesatkan umat Islam dan merusak ajaran Islam. Menyampaikan hadits lemah berarti berdusta atas nama Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam dan mengada-ada perkataan atau perbuatan yang tidak pernah beliau lakukan atau ucapkan. Menyampaikan hadits lemah juga berarti mengurangi kewibawaan dan keaslian hadits sebagai sumber hukum Islam.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Quran:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits shahih:

من حدث عني بحديث يرى أنه كذب فهو أحد الكاذبين

“Barangsiapa yang menyampaikan dariku sebuah hadits yang dia anggap dusta, maka dia termasuk dari golongan pendusta.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.

“Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.”

Hadits ini memiliki tingkat Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang Shahabat yang mencapai lebih dari 60 (enam puluh) orang yang semuanya adil dan dhabit, sehingga tidak mungkin mereka berdusta atau salah. Hadits ini juga telah ditulis oleh lebih dari 20 (dua puluh) Ahli Hadits, di antaranya: Imam Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimy, dan lainnya

Referensi : https://almanhaj.or.id/23562-ancaman-bagi-orang-yang-membawakan-hadits-dhaif.html

Para ulama hadits juga telah memberikan peringatan keras terhadap orang-orang yang menyampaikan hadits lemah. Misalnya, Imam Bukhari berkata: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menyampaikan sesuatu yang dia tidak tahu apakah benar atau tidak.” Imam Ahmad berkata: “Barangsiapa yang menyampaikan semua yang dia dengar, maka dia adalah pendusta.” Imam Muslim berkata: “Tidak boleh bagi seorang pun untuk menyampaikan sesuatu dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam kecuali jika dia yakin akan kebenarannya.”

Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menyampaikan hadits dan tidak sembarangan mengutip atau meriwayatkan hadits tanpa mengetahui tingkatan dan kekuatannya. Kita harus mempelajari ilmu hadits dan mengikuti metode para ulama hadits dalam meneliti dan menilai hadits. Kita harus menjauhi hadits lemah dan tidak menyebarkannya kepada orang lain. Kita harus menghormati dan menjaga hadits sebagai warisan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam yang paling mulia. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. Toko kitab grosir online

admin
Admin