Nahwu Wadhih - Opini adalah pandangan, pemikiran, atau pendirian seseorang tentang suatu hal yang belum tentu benar atau salah. Opini dapat berasal dari pengalaman, pengetahuan, perasaan, atau keyakinan seseorang. Opini juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, politik, atau agama.
Opini adalah hak setiap orang yang harus dihormati dan dihargai. Namun, opini juga memiliki tanggung jawab dan dampak yang harus dipertimbangkan. Apalagi jika opini tersebut berkaitan dengan hal-hal yang bersifat ilmiah, khususnya agama. Jika kita ingin beropini maka kewajiban kita adalah memiliki landasan dan ilmu yang membangun opini kita, ini bukan soal masuk akal atau tidak, karena setiap akal manusia berbeda menjadikan standar “masuk akal” tiap orang berbeda. Jika beropini tetapi tidak memiliki ilmu maka sudah dapat dipastikan bahwa dia termasuk pengikut hawa nafsu.
Agama Islam adalah agama yang berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Agama adalah sumber kebenaran, kebaikan, dan kebahagiaan bagi manusia. Agama juga adalah sumber hukum, norma, dan etika bagi seluruh umat manusia. Ibnul Qoyyim rohimahulloh pernah menyatakan bahwa orang yang paling sempurna akalnya itu adalah para pengikut Rosul, dan orang yang paling rusak akalnya itu adalah orang yang berpaling dari para Rosul dan dari apa yang mereka bawa (yang berupa risalah agama) yaitu pengikut hawa nafsu. Di sini kita memahami bahwa kita mengikuti dan mengambil ilmu dari sumbernya langsung walaupun harus menimba ilmu bertahun-tahun lamanya untuk mencari kebenaran. Itulah cara yang terbaik dalam beropini.
Namun, beropini tentang agama bukanlah hal yang mudah dan sembarangan. Beropini tentang agama membutuhkan ilmu yang benar dan mendalam dengan konsekuensi menjauhkan diri dari hawa nafsu dan bersiap menerima kenyataan walaupun pahit. Beropini tentang agama tanpa ilmu adalah hal yang sangat berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain.
Berikut adalah beberapa bahaya beropini tanpa ilmu:
Demikian kewajiban kita adalah kita harus berhati-hati dalam beropini tentang agama. Dan kita harus menyadari dan menerima kekurangan dan ketidakmampuan kita dalam suatu perkara (ilmu). Kita harus menggunakan ilmu yang benar dan mendalam sebagai dasar beropini. Kita harus mengikuti dalil-dalil yang shahih dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan mengikuti pemahaman para ulama yang ahli dalam bidangnya. Kita harus mengakui kesalahan atau kekurangan diri kita. Kita harus belajar atau mencari ilmu.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberi kita petunjuk dan bantuan-Nya, agar kita menjadi orang-orang yang teguh dalam kebenaran dan kebijakan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Mari kita jaga lisan kita agar tidak berbicara agama tanpa ilmu. Mari kita jaga hati kita agar tidak terjerumus dalam hawa nafsu. Mari kita jaga amal kita agar tidak sia-sia. Wallahu a’lam bish-shawab. kitab Nahwu Wadhih – Fikar Store