Nahwu Wadhih - Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita dihadapkan pada berbagai perbedaan pendapat dan pandangan. Setiap orang memiliki cara berpikir dan bertindak yang berbeda-beda. Namun, ada perbedaan besar antara mereka yang mengikuti kebenaran (Al-Haq) dan mereka yang lebih mengedepankan hawa nafsu. Nasihat ini didasarkan pada perkataan Syaikh Al-Allamah Sholih Al-Fauzan hafidzohulloh, yang menyoroti bagaimana sikap seseorang terhadap kebenaran dapat menjadi tanda apakah dia termasuk pengikut Al-Haq atau pengikut hawa nafsu.
Ciri khas pengikut Al-Haq ialah Siap Menerima Kebenaran,
Ciri utama pengikut Al-Haq adalah kesediaannya untuk menerima kebenaran, meskipun itu berarti harus mengakui kesalahan dirinya sendiri. Ketika seorang pengikut Al-Haq diperingatkan bahwa tindakannya telah menyelisihi dalil atau sunnah, dia akan dengan rendah hati menerima teguran tersebut. Mengapa? Karena tujuannya adalah mencari kebenaran, bukan membela pemikiran atau pendapat pribadinya.
Sikap ini menunjukkan ketawadhuan (kerendahan hati) dan keikhlasan dalam beragama. Pengikut Al-Haq tidak merasa terhina atau marah ketika ditegur. Sebaliknya, dia akan berterima kasih karena diajarkan jalan yang benar. Ia selalu terbuka terhadap nasihat yang berdasarkan pada dalil yang shahih dan senantiasa ingin memperbaiki diri agar semakin dekat dengan kebenaran yang diajarkan dalam Islam.
Kebalikannya, pengikut Hawa Nafsu selalu Membela Diri dan Pemikirannya, juga, sering bersikap “Playing victim”
Sebaliknya, tanda seorang pengikut hawa nafsu adalah ketidaksediaannya menerima kritik atau teguran. Ketika diingatkan bahwa pendapat atau tindakannya salah, ia tidak hanya menolak, tetapi juga marah dan merasa terancam kemudian bersikap seolah-olah dia korban bulliying atau korban fitnah. Baginya, mengakui kesalahan sama saja dengan kekalahan. Hal ini disebabkan oleh keinginan yang kuat untuk mempertahankan hawa nafsu dan pendapat pribadi, bukan karena mencari kebenaran.
Sikap ini berakar pada kesombongan dan egoisme, di mana seseorang lebih mengutamakan kehormatan dirinya daripada kehormatan kebenaran. Pengikut hawa nafsu akan merasa terhina jika harus mengakui kesalahannya, dan mereka cenderung membela diri dengan argumen yang tidak berdasar atau bahkan menyerang orang yang memberikan nasihat.
Perbedaan Sikap Tanda Keikhlasan dalam Beragama
Perbedaan yang paling dasar diantara pengikut Al-Haq dan pengikut hawa nafsu (bathil) terletak pada niat dan tujuan mereka. Pengikut Al-Haq selalu berusaha menjadikan kebenaran sebagai pedoman, sedangkan pengikut hawa nafsu cenderung memperjuangkan kehendaknya sendiri. Ketika dihadapkan pada kesalahan, pengikut Al-Haq akan introspeksi dan mencari cara untuk memperbaiki diri. Sebaliknya, pengikut hawa nafsu akan bertahan dengan pendapatnya, meskipun itu jelas bertentangan dengan ajaran yang benar.
Sesungguhnya tawadhu’ atau kerendahan hati menjadi sifat yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap Muslim. Tanpa tawadhu’, seseorang akan sulit menerima nasihat, dan akan terus terjebak dalam perangkap hawa nafsu. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
وَمَا تَواضَعَ أحَدٌ لله إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ -عز وجل
"Tidaklah seseorang bertambah merendahkan diri (tawadhu)’ melainkan ia akan diangkat pula derajatnya oleh Allah ‘azza wajalla " (HR. Muslim)
Keikhlasan dalam beragama berarti siap menerima kebenaran, bahkan jika kebenaran itu datang melalui teguran yang mengkritik kita dan mungkin menyayat hati kita. Oleh karena itu, sikap tawadhu' adalah kunci untuk terus mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan diri dari keburukan hawa nafsu.
Syaikh Sholih Al-Fauzan menutup nasihatnya dengan mengingatkan kita untuk selalu memohon kepada Allah agar diberikan hidayah (petunjuk) dan taufiq (kekuatan) untuk senantiasa menerima kebenaran. Ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk menerima kebenaran bukan hanya soal kecerdasan atau pengetahuan, tetapi juga soal hati yang bersih dan ikhlas. Kita harus senantiasa berdoa agar Allah menjauhkan kita dari mengikuti hawa nafsu yang dapat menyesatkan kita.
Doa yang bisa kita panjatkan:
"Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah"
(Kita memohon kepada Allah taufiq dan keistiqomahan)
Semoga kita semua senantiasa diberi kemampuan untuk mengenali kebenaran dan mengikutinya dengan keikhlasan dan kerendahan hati. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjauhkan kita dari sifat sombong dan keinginan untuk membela hawa nafsu yang hanya akan menyesatkan kita. Setiap kita harus terus berusaha untuk menjadi pengikut Al-Haq yang sejati, yang senantiasa mencari dan menerima kebenaran dalam segala aspek kehidupan.
Kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store