My Blog

  • 26-06-2025

APA URGENSI SESEORANG MENUNTUT ILMU AGAMA?

Kitab tashrif -  Betapa indah jalan ilmu bagi mereka yang tulus mencarinya. Ada peluh dan lelah, ada waktu yang tersita, namun semua itu menjadi ringan saat niatnya benar, jalannya lurus, dan tujuannya adalah Allah semata. 

Mungkin kita pernah bertanya: "Untuk apa aku menuntut ilmu agama? Mengapa aku harus duduk dalam majelis-majelis yang panjang, membaca, mendengar, dan mencatat tanpa lelah?" 

Jawabannya bukan satu, tapi banyak. Dan setiap jawabannya mengandung kemuliaan yang mendekatkan kita kepada surga. 

1. Berharap Wajah Allah 

Menuntut ilmu agama bukan sekadar rutinitas, apalagi sekadar gengsi. Ilmu agama hanya akan bernilai jika diniatkan untuk mencari wajah Allah semata. 

Rasulullah ﷺ bersabda: 

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ 

“Barang siapa menuntut ilmu untuk menandingi ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan perhatian manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” 
(HR. Tirmidzi, hasan. Shahih At-Targhib: 106) 

Dan sabda beliau ﷺ: 

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ 

“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diniatkan untuk mencari wajah Allah, namun dia menuntutnya hanya untuk mendapatkan bagian dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” 
(HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban – Shahih At-Targhib: 105) 

2. Menghilangkan dan Megobati Kebodohan 

Bodoh itu bukanlah aib jika kita mau belajar. Namun tetap dalam kebodohan ketika jalan ilmu terbuka lebar adalah kerugian yang nyata. 

Imam Ahmad rahimahullah berkata: 

“Ilmu tidak dapat ditandingi oleh sesuatu pun, bagi orang yang niatnya benar.” Ditanya: ‘Bagaimana niat yang benar?’ Beliau menjawab: ‘Ia berniat untuk mengangkat kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.’” 
(Kitab al-‘Ilmi – Ibnul Utsaimin, hal. 22) 

3. Memperbaiki Akhlak 

Ilmu adalah cermin bagi jiwa. Dengannya kita melihat akidah kita, ibadah kita, akhlak kita. Siapa yang belajar dengan tulus, maka ilmu akan menuntunnya menjadi pribadi yang lebih baik. 

Syaikh Muhammad Amani Al-Jami rahimahullah berkata: 

“Perbaikilah dirimu dengan ilmu, lalu barulah berusaha memperbaiki orang lain.” 
(Syarh Qurratul 'Uyun Al-Muwahhidin, hlm. 13) 

4. Ilmu itu Untuk Diamalkan, Bukan Dibanggakan 

Ilmu sejati bukan untuk dibanggakan, tetapi untuk diamalkan. Sebab ilmu yang tidak diamalkan hanyalah beban di pundak. Maka jangan sampai kita merasa cukup hebat dengan ilmu yang kita miliki. 

5. Untuk Mendakwahkannya kepada Orang Lain 

Ilmu yang disebarkan adalah sedekah yang tak pernah habis. Bahkan menjadi warisan yang terus mengalirkan pahala setelah kematian. 

Rasulullah ﷺ bersabda: 

مَن سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لهُ طَرِيقًا إلى الجَنَّةِ 

“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” 
(HR. Muslim no. 2699) 

Maka semangatlah dalam menuntut ilmu, wahai saudaraku. Jangan lelah menimba cahaya, sebab kelak, dengan izin Allah, ilmu itulah yang akan membimbingmu melewati gelapnya kubur dan terangnya shirath di akhirat. 

Semoga Allah senantiasa menanamkan keikhlasan dalam dada kita, meneguhkan langkah kita di jalan ilmu, dan menjadikan ilmu yang kita tuntut sebagai jalan menuju ampunan dan ridha-Nya. 

Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store     

admin
Admin