My Blog

  • 12-02-2025

Alasan Beribadah

Kitab tashrif -   Ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hak Allah atas hamba-Nya. Namun, ada perbedaan mendasar dalam cara seseorang beribadah kepada Allah. Sebagian orang beribadah hanya dengan rasa cinta, sebagian hanya dengan rasa takut, dan sebagian lainnya hanya dengan penuh harapan. Sementara itu, seorang mukmin sejati beribadah kepada Allah dengan menggabungkan cinta, harap, dan takut secara seimbang. 

1. Kesalahan dalam Beribadah dengan Satu Sifat Saja 

Para ulama telah menjelaskan bahwa jika seseorang hanya beribadah dengan satu sifat tanpa menggabungkan yang lainnya, maka ia akan terjerumus ke dalam kesesatan. 

a. Beribadah Hanya dengan Cinta 

Seseorang yang hanya beribadah kepada Allah dengan cinta semata, tanpa ada rasa takut dan harap, akan cenderung terjerumus dalam pemikiran batil. Mereka beranggapan bahwa cinta kepada Allah sudah cukup tanpa perlu merasa takut kepada siksa-Nya atau berharap kepada pahala-Nya. 

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: 

من عبد الله بالحب وحده فهو زنديق 

"Barangsiapa yang beribadah kepada Allah karena cinta semata maka dia seorang zindik (sesat)." 
(At-Takhwif Minan Nar, hlm. 29) 

Padahal dalam Islam, cinta kepada Allah harus diiringi dengan kepatuhan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jika hanya mengandalkan cinta tanpa takut dan harap, seseorang bisa menjadi lalai dan menyepelekan perintah Allah. 

 

b. Beribadah Hanya dengan Takut 

Sebagian orang hanya beribadah kepada Allah dengan rasa takut semata, tanpa cinta dan harapan. Kelompok ini dikenal sebagai Haruri (Khawarij), yang menganggap dosa sekecil apa pun akan membawa seseorang ke dalam neraka. Akibatnya, mereka menjadi ekstrim dalam beragama, mudah mengkafirkan orang lain, dan kehilangan kasih sayang dalam dakwah. 

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: 

ومن عبده بالخوف وحده فهو حروري 

"Barangsiapa beribadah kepada Allah karena takut semata maka dia seorang Haruri (Khawarij)." 
(At-Takhwif Minan Nar, hlm. 29) 

Padahal Allah Maha Pengampun, dan seseorang tidak boleh berputus asa dari rahmat-Nya. Jika seseorang hanya takut kepada Allah tanpa berharap ampunan-Nya, maka ia akan mudah terjerumus dalam keputusasaan dan menyangka bahwa Allah tidak menerima taubatnya. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ 

"Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." 
(QS. Az-Zumar: 53) 

 

c. Beribadah Hanya dengan Harapan 

Sebagian lainnya beribadah kepada Allah dengan penuh harapan saja, tanpa rasa takut dan tanpa berusaha menjauhi larangan Allah. Golongan ini dikenal sebagai Murji’ah, yang beranggapan bahwa selama seseorang memiliki iman di hatinya, maka perbuatan dosa tidak akan membahayakan dirinya. 

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: 

ومن عبده بالرجاء وحده فهو مرجئ 

"Barangsiapa yang beribadah kepada Allah karena harapan semata maka dia seorang Murji’ah (Murji’ah)." 
(At-Takhwif Minan Nar, hlm. 29) 

Mereka lupa bahwa Allah juga memiliki siksa yang pedih bagi orang yang melanggar perintah-Nya. Jika seseorang hanya mengandalkan harapan tanpa takut kepada Allah, ia akan mudah berbuat maksiat dan meremehkan dosa-dosanya. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ ٱلْعَذَابُ ٱلْأَلِيمُ 

"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa azab-Ku adalah azab yang sangat pedih." 
(QS. Al-Hijr: 49-50) 

 

2. Ibadah yang Benar adalah Menggabungkan Cinta, Takut, dan Harap 

Seorang mukmin yang bertauhid sejati adalah orang yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta, takut, dan penuh harap secara seimbang. 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: 

"Sebagian ulama salaf mengatakan, 'Siapa yang beribadah kepada Allah hanya dengan cinta, maka dia zindik. Siapa yang beribadah hanya dengan rasa takut maka dia Khawarij, dan siapa yang beribadah dengan hanya penuh pengharapan saja maka dia Murji’ah. Siapa yang beribadah kepada-Nya dengan cinta, rasa takut dan penuh harap, maka dia adalah orang mukmin yang bertauhid.'" 
(Majmu’ Fatawa, 15/21) 

Cinta kepada Allah membuat seseorang bersemangat dalam ibadah. 
Takut kepada Allah membuat seseorang menjauhi dosa dan kemaksiatan. 
Harapan kepada Allah membuat seseorang tidak berputus asa dari rahmat-Nya. 

Inilah keseimbangan yang diajarkan dalam Islam. Ibadah yang benar adalah ibadah yang dilakukan dengan rasa cinta, takut, dan harap secara seimbang. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

أُو۟لَـٰئِكَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًۭا 

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah), dan mereka mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Rabbmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti." 
(QS. Al-Isra’: 57) 

Dengan demikian, seorang mukmin sejati harus senantiasa mencintai Allah, takut akan azab-Nya, dan berharap rahmat-Nya. Dengan keseimbangan inilah seorang hamba bisa menjalani ibadah dengan benar dan semoga selamat di dunia serta akhirat. 

Wallahu a’lam bish-shawab 

Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store   

admin
Admin