Kitab tashrif - Bagi seorang muslim, aktivitas mencari nafkah bisa menjadi sarana meraih pahala yang berlimpah, tidak hanya dari ibadah ritual seperti salat atau puasa, tetapi juga dari rutinitas sehari-hari yang dilakukan dengan niat yang benar dan cara yang sesuai syariat. Pekerjaan sehari-hari bisa bernilai pahala di sisi Allah jika memenuhi beberapa syarat tertentu.
Agar pekerjaan kita menghasilkan pahala, prioritas utamanya yang harus diperhatikan adalah kehalalannya. Allah Ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 168)
Apapun jenis pekerjaan yang kita lakukan, selama itu halal dan bermanfaat, maka tidak perlu malu atau gengsi. Setiap pekerjaan halal yang dilakukan dengan ikhlas akan bernilai di sisi Allah, bahkan jika pekerjaan itu dipandang sederhana atau remeh oleh orang lain. Sebaliknya, pekerjaan haram akan menutup pintu keberkahan dan merugikan di dunia serta akhirat.
Selain halal, pekerjaan kita juga harus dilandasi dengan niat yang benar agar bernilai pahala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا أطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَمَا أطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَ مَا أطْعَمْتَ وَالِدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَ مَا أطْعَمْتَ زَوْجَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Apa yang engkau berikan untuk memberi makan dirimu sendiri adalah sedekah bagimu, begitu pula apa yang engkau berikan untuk memberi makan keluargamu."
(HR. Ibnu Majah no. 2138 dan Ahmad)
Niatkan bekerja untuk mencari nafkah halal bagi diri dan keluarga, membantu orang lain, dan memudahkan diri untuk beribadah. Islam bahkan memotivasi umatnya untuk berusaha keras agar tidak bergantung pada orang lain dan melarang perbuatan meminta-minta atau mengemis. Seperti sabda Nabi shalallahu alaihi wa sallam:
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
“Seseorang yang selalu meminta-minta, pada hari kiamat akan menghadap Allah dalam keadaan tanpa sekerat daging di wajahnya.”
(HR. Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1040)
Keberkahan dalam pekerjaan juga tergantung pada cara kerja yang sesuai dengan tuntunan agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا ، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
"Jika kedua belah pihak (penjual dan pembeli) jujur dan terbuka, maka mereka akan diberkahi dalam transaksi tersebut. Tapi jika mereka menyembunyikan sesuatu dan berdusta, maka keberkahan akan dihapus dari transaksi tersebut."
(HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532)
Pekerjaan yang dilakukan dengan cara zalim, curang, atau tidak jujur akan kehilangan keberkahan, bahkan jika terlihat menguntungkan di dunia. Kejujuran dan transparansi dalam bekerja akan membawa kebaikan, sementara harta yang didapat dari cara yang tidak benar akan menjadikan seseorang jauh dari hasil yang halal.
Meski bekerja adalah bagian dari ibadah, seorang muslim harus tetap menjaga prioritas dan tidak melalaikan ibadah-ibadah utama seperti shalat, berdzikir, dan mengingat Allah. Pekerjaan yang menyita seluruh waktu dan membuat kita lalai dalam ibadah justru akan mengurangi nilai pahala dari usaha tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya."
(HR. Bukhari)
Oleh karena itu, seorang kepala keluarga hendaknya menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan ibadah, serta tidak melupakan tanggung jawab terhadap keluarga. Selain materi, keluarga membutuhkan bimbingan dan perhatian, terutama dalam hal agama dan akhlak.
Pekerjaan sehari-hari bisa menjadi ladang pahala jika dilakukan dengan niat yang benar, cara yang baik, serta tidak melalaikan hak-hak Allah ta’ala dan hak-hak keluarga. Dengan bekerja halal dan jujur, serta mengutamakan akhirat, kita bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan doa agar Allah mencukupkan kita dengan yang halal dan menjauhkan kita dari yang haram:
اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, serta cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.”
(HR. Tirmidzi no. 3563)
Semoga Allah Ta’ala memberikan keberkahan dan kemudahan dalam setiap usaha kita.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store