My Blog

  • 26-09-2024

Adab dan Etika Berbicara

Al-arabiyah linnasyiin -    Berbicara adalah salah satu aktivitas sehari-hari yang paling sering dilakukan oleh manusia. Sesungguhnya, dalam Islam, tidak semua perkataan dianggap sepele. yang perlu kita ketahui bahwasanya, lisan adalah salah satu hal yang paling harus dijaga, karena setiap ucapan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan kita nasihat tentang pentingnya menjaga lisan dan berbicara hanya ketika ada manfaat. 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ 

"Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya." 
(HR. At-Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976) 

Hadits ini mengajarkan kita bahwasanya seorang Muslim yang baik adalah orang yang tidak terlibat dalam hal-hal yang tidak penting atau tidak bermanfaat. Menghindari pembicaraan yang sia-sia adalah salah satu cara untuk menjaga kualitas keimanan dan keislaman kita. 

1. Hanya Berkata Baik atau Diam 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menekankan pentingnya berbicara dengan baik. Beliau bersabda: 

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ 

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata yang baik atau diam." 
(HR. Al-Bukhari no. 6018) 

Perkataan baik adalah perkataan yang tidak menyakiti, tidak mengandung kebohongan, dan tidak pula menimbulkan fitnah apalagi perpecahan. Jika kita tidak dapat berkata baik, maka lebih baik kita memilih untuk diam. Ini adalah salah satu bentuk adab yang sempurna yang diajarkan dalam agama yang mulia ini. 

2. Keselamatan dalam Menjaga Lisan 

Seorang sahabat, ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: 

“Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu?” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: 

"Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu merasa lapang, dan menangislah karena dosa-dosamu." 
(HR. Tirmidzi no. 2406) 

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa keselamatan bagi seorang Muslim adalah dengan menjaga lisannya. Banyaknya dosa yang terjadi berasal dari ucapan-ucapan yang tidak dijaga, seperti fitnah, ghibah (menggunjing), atau berkata-kata kasar. 

3. Jangan Berkata yang Membuatmu Menyesal 

Dalam nasihat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan pentingnya menjaga ucapan agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Seorang sahabat pernah meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberinya nasihat yang singkat, dan beliau menjawab: 

إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ وَأَجْمِعْ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ 

"Apabila kamu hendak mendirikan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak berpisah. Janganlah kamu mengatakan suatu perkataan yang akan membuatmu harus meminta maaf di kemudian hari. Dan kumpulkanlah rasa putus asa dari apa yang dimiliki oleh orang lain." 
(HR. Ibnu Majah no. 4171) 

Hadits ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dengan setiap perkataan kita. Jangan sampai kita mengucapkan sesuatu yang nantinya kita sesali atau harus meminta maaf atasnya. 

4. Prinsip Utama dalam Berbicara 

Syaikh Sholeh al-Fauzan hafizhahullah memberikan nasihat yang sangat berharga mengenai adab berbicara. Beliau berkata: 

Hal-hal yang belum engkau pastikan kebenarannya, janganlah engkau ucapkan. 

Jika engkau telah memastikan kebenarannya, maka bersabarlah hingga engkau memastikan apakah ada maslahatnya atau tidak. 

Jika tidak ada maslahatnya, maka janganlah berbicara. 

Nasihat ini mengajarkan kita untuk selalu melakukan pengecekan terhadap apa yang kita dengar sebelum mengucapkannya. Jangan mudah menyebarkan berita yang belum kita pastikan kebenarannya, karena hal ini bisa membawa fitnah atau kesalahan informasi yang merugikan banyak pihak. 

5. Pentingnya Verifikasi Berita 

Allah Ta'ala memberikan panduan dalam Al-Qur'an agar kita selalu berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan berita: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ 

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." 
(QS. Al-Hujurat: 6) 

Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak mudah percaya pada setiap berita, terutama jika berita itu datang dari sumber yang tidak terpercaya. Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk selalu melakukan kroscek terhadap berita yang kita terima agar tidak terjebak dalam kesalahan. 

6. Shalat Seperti Orang yang Hendak Berpisah 

Salah satu nasihat agung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah agar kita melaksanakan shalat seolah-olah itu adalah shalat terakhir kita. Ini mengajarkan kita untuk melaksanakan shalat dengan penuh khusyuk dan serius, seakan-akan kita tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk shalat. 

Dengan menjaga lisan kita dan melaksanakan shalat dengan khusyuk, kita berharap dapat mencapai keselamatan dan ridha Allah di dunia dan akhirat. 

Menjaga lisan adalah salah satu tanda keimanan dan kedewasaan dalam beragama. Islam mengajarkan kita untuk selalu berkata baik atau diam, serta menjauhkan diri dari segala bentuk ucapan yang tidak bermanfaat. Selain itu, verifikasi berita dan informasi juga merupakan kewajiban, agar kita tidak menjadi penyebar berita palsu atau fitnah. 

Semoga Allah senantiasa memberikan kita taufik untuk menjaga lisan dan mengamalkan adab-adab berbicara yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Aamiin. 

Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store     

admin
Admin